Logo Bloomberg Technoz

'The End of An Era' Bunga The Fed: Rupiah Siap Cetak Rekor Baru

Tim Riset Bloomberg Technoz
26 August 2024 07:10

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah berpeluang mencetak rekor penguatan baru, pada perdagangan spot membuka pekan ini di tengah kejatuhan dolar Amerika Serikat (AS) ke level terendah sejak Juli 2023.

Sinyal penguatan rupiah terang benderang di pasar offshore. Rupiah nondeliverable forward (NDF) yang membukukan rekor penguatan di pasar New York, menutup pekan lalu, dengan kenaikan 2,13% untuk tenor satu bulan ke level Rp15.415/US$. Level yang jauh lebih perkasa dibanding posisi spot hari Jumat di Rp15.490/US$.

Pada pukul 08:24 WIB, rupiah NDF-1M bergerak menguat ke Rp15.375/US$. Level itu jauh lebih kuat dibanding posisi  penutupan rupiah spot tahun lalu di Rp15.397/US$. Hal itu mengindikasikan rupiah spot hari sangat berpotensi melejit kuat melampaui level terkuat akhir tahun lalu.

Kejatuhan dolar AS di pasar global pasca pernyataan gamblang Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di Jackson Hole pada Jumat pekan lalu. Pernyataan Powell itu menandai 'the end of an era' pengetatan moneter paling agresif Amerika dalam empat dekade terakhir yang telah berlangsung sejak 2022 silam. Di mana hal itu telah memicu gelombang restriksi di hampir seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia, dan melambatkan laju ekonomi global.

Powell bilang di Wyoming, "Waktunya telah tiba bagi kebijakan [moneter] untuk menyesuaikan diri. Arah perjalanan sudah jelas, dan waktu serta laju penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko."