Logo Bloomberg Technoz

Bahkan, jika proyek LNG Sengkang mulai beroperasi dalam waktu dekat, ekspor LNG Indonesia tidak mungkin meningkat karena semua produksi LNG ditujukan untuk konsumsi dalam negeri.

“Kami memproyeksikan total ekspor LNG Indonesia hanya akan tumbuh sedikit menjadi 9,3 mtpa pada 2024,” papar lembaga riset tersebut.

Sebelumnya, Kementerian ESDM telah menyetujui rencana pengembangan Inpex yang direvisi untuk proyek LNG Abadi di Blok Masela.

Namun, Inpex dan mitranya belum mengumumkan keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) pada proyek yang dijadwalkan akan dimulai pada 2030 tersebut.

Pada 2022, Inpex telah memperpanjang nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan perusahaan listrik milik negara Indonesia PT PLN untuk memasok LNG ke pembangkit listrik milik PLN.

Sekitar 2,0 mtpa dari hasil produksi LNG Blok Masela akan dipasok ke pasar domestik.

“Kami mengharapkan pertumbuhan yang kuat dalam konsumsi gas alam, didukung oleh peningkatan pasokan yang diantisipasi untuk pasar domestik. Konsumsi gas alam Indonesia diproyeksikan tumbuh pada tingkat rata-rata 4,5% per tahun antara 2024 dan 2033, dengan tingkat pertumbuhan sedikit melampaui pertumbuhan produksi sepanjang periode perkiraan,” papar BMI.

Proyeksi produksi tahunan LNG Indonesia./dok. BMI

Pertumbuhan permintaan ini akan didorong oleh prospek yang kuat di sektor listrik, pupuk, dan industri. Sebagian besar LNG dari proyek LNG Bontang dan Tangguh dikirim ke sektor industri, diikuti oleh sektor pupuk, listrik, dan minyak. 

Impor LNG

Pada saat bersamaan, BMI memperkirakan impor LNG Indonesia akan meningkat sejalan dengan kenaikan permintaan domestik dari sektor industri.

Impor LNG Indonesia diramal meningkat mulai 2024 dan seterusnya karena pemerintah mengalihkan lebih banyak kargo LNG untuk konsumsi domestik.

Menurut BMI, risiko kenaikan tambahan terhadap pengalihan LNG untuk konsumsi domestik dapat berasal dari pabrik LNG Bontang yang dioperasikan oleh PT. Namun, tingkat impor akan sangat bergantung pada ketersediaan pasokan gas umpan untuk produksi LNG.

Kilang LNG Bontang telah beroperasi di bawah kapasitas standar karena kurangnya pasokan gas baku yang memadai.

Adapun, Pemerintah Indonesia yang baru diharapkan akan mempertahankan dukungan kebijakan yang kuat untuk pengalihan lebih banyak LNG untuk konsumsi dalam negeri guna meningkatkan akses industri lokal ke LNG dalam negeri.

Kapasitas regasifikasi LNG Indonesia diharapkan meningkat karena pemerintah berupaya memperluas akses ke pasokan gas di berbagai sektor ekonomi. Saat ini, tujuh terminal regasifikasi LNG, termasuk enam Unit Regasifikasi Penyimpanan Terapung (FSRU), sedang beroperasi.

Di sisi lain, Indonesia berencana untuk menambah terminal regasifikasi LNG skala kecil, termasuk empat FSRU, di seluruh kepulauan Indonesia.

Pada Maret 2024, AG&P LNG, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Nebula Energy, dianugerahi kontrak 20 tahun oleh perusahaan listrik negara PLN EPI untuk mengembangkan dan mengoperasikan terminal impor LNG di wilayah Sulawesi-Maluku Power Cluster.

Kontrak tersebut mencakup pendirian beberapa lokasi regasifikasi di tujuh lokasi dengan kapasitas gabungan sebesar 2,3 mtpa.

PLN EPI akan menyediakan LNG untuk didistribusikan ke pembangkit listrik. Klaster LNG Sulawesi-Maluku diharapkan dapat beroperasi pada paruh pertama 2026.

Selain volume kontrak yang saat ini dikontrak oleh PT. Pertagas sebesar 2,0 mtpa dari tiga kontrak jangka panjang dengan Cheniere Energy, TotalEnergies, dan Woodside Petroleum, PT Pertagas telah menandatangani kontrak selama 20 tahun dengan PT. Pertagas Area 1 LNG Mozambik sebesar 1,0 mtpa, dengan pengiriman dimulai pada 2025.

“Pertamina tidak mungkin menandatangani kontrak LNG baru dengan produsen luar negeri, dan lebih memilih untuk mengalihkan lebih banyak kargo dari proyek LNG domestik. Namun, potensi peningkatan pengalihan LNG sangat bergantung pada ketersediaan pasokan gas umpan untuk produksi LNG di proyek-proyek lama,” tulis BMI.

(wdh)

No more pages