Hizbullah mengatakan bahwa mereka telah memulai serangan terhadap Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan komandan mereka pada 30 Juli di pinggiran selatan Beirut.
Kelompok tersebut mengatakan telah menembakkan lebih dari 320 rudal dan kemudian menggunakan drone untuk menyerang 11 barak tentara dan situs militer di Israel utara.
Israel belum mengonfirmasi targetnya, namun sirene telah berbunyi beberapa kali di utara, di mana militer membatasi pertemuan dalam ruangan hingga 300 orang dan di luar ruangan hingga 30 orang.
Mereka mengatakan tempat kerja dapat beroperasi normal jika berada di dalam ruangan dan memiliki tempat perlindungan bom yang dapat dicapai dengan cepat.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan bahwa Israel melihat Hizbullah bersiap untuk menembakkan rudal dan roket dan bertindak secara pre-emptif. Israel memperingatkan warga sipil Lebanon di wilayah tempat Hizbullah beroperasi untuk menjauh dari bahaya, katanya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengadakan pertemuan kabinet keamanan.
Di Washington, juru bicara Pentagon, Pat Ryder, mengatakan, "Kami terus memantau situasi dengan cermat dan telah sangat jelas bahwa AS siap mendukung pertahanan Israel."
Pada saat yang sama, dia menegaskan bahwa ini adalah operasi Israel, merujuk pertanyaan tentang hal ini kepada pihak Israel.
Israel dan Hizbullah telah saling menembakkan senjata di sepanjang perbatasan sejak Oktober ketika organisasi Lebanon tersebut terlibat dalam konflik untuk mendukung kelompok Palestina Hamas di Gaza.
Serangan Israel telah menewaskan setidaknya 500 orang, sebagian besar adalah pejuang Hezbollah. Di Israel, sekitar 30 tentara dan 18 warga sipil telah tewas akibat serangan Hizbullah.
Mencegah bentrokan ini semakin meningkat menjadi fokus utama upaya diplomatik internasional untuk meredakan ketegangan di seluruh Timur Tengah.
Pada 30 Juli, serangan udara Israel menewaskan kepala militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut. Beberapa jam kemudian, Iran menyalahkan negara Yahudi tersebut atas pembunuhan kepala kantor politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran. Iran telah bersumpah untuk membalas.
AS telah berusaha untuk menengahi antara Lebanon dan Israel untuk mencapai kompromi terkait sengketa perbatasan. Israel ingin Hizbullah memindahkan pejuangnya dari perbatasan untuk memungkinkan warganya kembali ke utara.
Hizbullah, yang didukung oleh Iran dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, mengatakan akan terus melanjutkan permusuhan dengan Israel hingga negara tersebut menyetujui gencatan senjata dengan Hamas di Gaza.
Perang di wilayah Palestina dimulai pada 7 Oktober setelah militan Hamas, yang juga didukung oleh Iran, menyerang Israel dan membunuh 1.200 orang serta menculik orang lain. Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 40.000 orang, menurut pejabat kesehatan di Gaza, yang dikuasai oleh Hamas.
(bbn)