“Itu kan kemarin banyak soal darurat pangan, harga naik, hidup susah karena beli makanan mahal, tapi itu turun dengan konsisten dan itu yang menyebabkan IHK [Indeks Harga Konsumen] itu deflasi,” ujar Erwin.
Meski demikian, Erwin menegaskan pihaknya tetap mewaspadai dinamika perekonomian yang terjadi, utamanya terkait besaran inflasi tiap bulannya. Namun, terkait deflasi yang terjadi ia kembali menegaskan bahwa hal itu terjadi akibat komponen volatile food yang terkoreksi.
“Namun, bukan berarti kami tidak memperhatikan ini, kami terus memperhatikan ini, tapi indikator-indikator IHK sejauh ini komponen-komponennya menunjukkan penurunan yang lebih besar di volatile food,” pungkas Erwin.
Sekadar tambahan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Juli 2024 di Indonesia terjadi deflasi sebesar -0,18% month-to-month dibandingkan bulan sebelumnya. Angka deflasi Juli itu menjadi yang terdalam dalam rentetan beruntun tiga bulan terakhir. Pada Mei lalu, deflasi tercatat sebesar -0,03%, lalu berlanjut pada Juni sebesar -0,08%.
BPS mencatat, deflasi beruntun hingga tiga bulan berturut-turut ini bukan pertama kali ini terjadi. Indonesia pernah mencatat deflasi tiga bulan beruntun saat pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian mati suri.
"Ini sebenarnya pernah terjadi pada Juli-September 2020. Jadi, [deflasi tiga bulan beruntun] ini bukan hal yang pertama kali. Deflasi Juli disumbang oleh volatile food," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Amalia menghindar untuk menyebut deflasi beruntun tiga bulan terakhir sebagai indikasi pelemahan daya beli masyarakat.
"Untuk menyimpulkan apakah deflasi merupakan indikator lesunya daya beli masyarakat, harus hati-hati, harus ada analisa lebih lanjut," kata Amalia, menjawab pertanyaan para jurnalis.
Ia menjelaskan, penurunan harga yang terekam dalam angka deflasi tersebut belum tentu menandakan penurunan daya beli masyarakat. Pasalnya, kondisi pasokan pasar saat ini melimpah, sehingga menyebabkan penurunan harga pasokan.
"Tidak bisa serta merta menyimpulkan ada penurunan daya beli karena ada deflasi," kata Amalia lebih lanjut.
(azr/ros)