Logo Bloomberg Technoz

BI Nilai Deflasi 3 Bulan Beruntun Bukan Tanda Penurunan Daya Beli

Azura Yumna Ramadani Purnama
24 August 2024 12:30

Pembeli berbelanja kue kering di Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (28/3/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pembeli berbelanja kue kering di Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (28/3/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Bali - Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter Bank Indonesia (BI) ⁠Juli Budi Winantya menilai deflasi yang terjadi tiga bulan berturut-turut pada Mei-Juni  2024 bukan tanda terjadinya perlambatan daya beli hingga resesi ekonomi.

Juli menjelaskan, deflasi yang terjadi beberapa bulan terakhir sangat dipengaruhi penurunan inflasi pada komponen volatile food atau harga pangan bergejolak. Komponen ini terkoreksi menjadi di bawah 5% dari bulan-bulan sebelumnya yang sempat mencapai 9%.

“Kalau terkait daya beli segala macam itu dikaitkan dengan inflasi inti, tapi dalam press conference kemarin inflasi inti kalau kami lihatnya dari ekspektasi yang terjaga, dari kapasitas perekonomian yang masih cukup dan dari imported inflation yang terkendali,” ujar Juli dalam taklimat media di Bali, Jumat (23/9/2024) malam.

Sementara itu, Asisten Gubernur BI Erwin Haryono menegaskan bahwa deflasi tiga bulan berturut-turut dipengaruhi oleh komponen inflasi harga pangan gejolak yang terkontraksi.

Pasalnya, pada momen-momen sebelumnya inflasi harga pangan bergejolak sempat mencatatkan angka yang begitu tinggi, sehingga menyebabkan harga pangan naik dan sempat mengindikasikan terdapat kedaruratan pangan.