Logo Bloomberg Technoz

Saat jadi wabah multinasional pada tahun 2022, Mpox cenderung mengikuti pola dimulai dengan demam, nyeri otot, kelelahan, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, dan gejala mirip flu lainnya. Dalam beberapa hari setelah demam muncul, pasien mengembangkan ruam yang bisa berkembang menjadi pustula atau lesi yang berisi cairan dan dapat muncul di berbagai bagian tubuh, termasuk daerah genital dan anus. 

Lantas bagaimana perkembangan penyebaran wabah ini? Berikut beberapa negara yang terpantau mengalami penyebaran dari wabah ini, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg Technoz.

Kongo

Wabah, yang dipicu oleh strain yang bermutasi, ini telah menyebar ke setidaknya enam negara Afrika dan sangat berdampak pada anak-anak dan remaja. Di Republik Demokratik Kongo, hampir 500 kematian terkait infeksi telah dilaporkan dalam waktu kurang dari setahun. 

Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) memberikan imbauan kepada masyarakat Indonesia untuk tetap waspada dan mengingatkan bahwa cacar monyet ini bisa menular melalui hubungan seksual berisiko.

Pakistan dan Swedia

Pakistan juga telah melaporkan kasus cacar monyet pertama pada Jumat (16/8/2024) usai Mpox dinyatakan darurat kesehatan global. Kementerian Kesehatan Pakistan mengatakan pasien yang terdeteksi baru saja tiba dari Arab Saudi. Namun, untuk jenis virusnya sendiri belum dapat dikonfirmasi secara jelas.

Adapun Swedia telah terlebih dulu melaporkan temuan kasus pertama Mpox usai ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Kementerian Kesehatan Swedia mengonfrimasi bahwa kasus cacar monyet yang terdeteksi ialah jenis strain virus Clade 1B. Jenis virus ini sama dengan yang ditemukan di Kongo, Afrika Selatan sejak September 2023.

Disebutkan bahwa pasien tersebut terinfeksi karena sempat berkunjung ke Afrika. Dikatakan pasien dengan Mpox yang dirawat di negara tersebut tidak memengaruhi risiko terhadap populasi umum.

Thailand

Thailand menjadi negara pertama di Asia yang mendeteksi jenis virus cacar moyet yang bermutasi, seiring dengan menyebarnya patogen ini ke lebih banyak wilayah setelah WHO menyatakan wabah yang terjadi di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan global yang baru.

Pasien yang dinyatakan positif mengidap Clade 1B adalah seorang laki-laki Eropa yang tiba di Bangkok pekan lalu dari Afrika, demikian menurut Departemen Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan Thailand.

Pihak berwenang telah mengidentifikasi 43 kontak dekat pasien berusia 66 tahun tersebut dan menempatkan mereka dalam pengawasan. 

Indonesia

Kemenkes RI juga telah mengungkapkan hingga saat ini ada 88 kasus cacar monyet atau Mpox di Indonesia. Menurut data yang diungkap Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Yudhi Pramono, sebaran kasus Mpox di Indonesia terbanyak di wilayah DKI Jakarta. Lalu disusul oleh Jawa Barat, Banten, dan beberapa wilayah lainnya.

Dari total 88 kasus, Yudhi melanjutkan sebanyak 87 orang telah dinyatakan sembuh. Dari tren kasus yang terkonfirmasi, terbanyak terjadi di Oktober 2023, menurut data dari 2022-2024.

Yudhi menambahkan, 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mengetahui varian virusnya.

Berikut sebaran kasus Mpox di RI:
1. DKI Jakarta: 59 kasus
2. Jawa Barat: 13 kasus
3. Banten: 9 kasus
4. Jawa Timur: 3 kasus
5. Daerah Istimewa Yogyakarta: 3 kasus
6. Kepulauan Riau: 1 kasus

Langkah Kemenkes Hadapi Mpox

Mpox di Indonesia telah dikategorikan sebagai Penyakit Emerging Tertentu Berpotensi Wabah, dan upaya penanggulangannya telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Hk.01.07/Menkes/1977/2022.

"Antisipasi dilakukan dengan meningkatkan pengawasan orang, alat angkut, barang, dan lingkungan di pintu masuk negara, khususnya yang berasal dari negara terjangkit; meningkatkan surveilans penyakit Mpox di pintu masuk dan wilayah; meningkatkan koordinasi kesiapsiagaan dan respons dengan stakeholder terkait di pintu masuk negara dan di wilayah, serta meningkatkan edukasi dan komunikasi risiko bagi masyarakat di pintu masuk,"  jelas Yudhi.

(prc/ros)

No more pages