Logo Bloomberg Technoz

“Bisnis Baidu tampaknya berada di persimpangan jalan. Inisiatif AI-nya belum memberikan hasil yang diharapkan untuk menjadi pendorong pertumbuhan BIDU, dan kemerosotan ekonomi Tiongkok semakin menghambat pertumbuhan iklan penelusurannya,” tulis analis TH Data Capital, Tian Hou, dalam sebuah catatan.

Monetisasi AI terhadap bisnis Baidu, Alibaba, dan Tencent.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini sedang bergulat dengan berbagai masalah dan berkepanjangan, mulai dari krisis properti hingga tenaga kerja muda. Sebuah situasi yang kemudian mengurangi belanja perusahaan dan konsumen.

Sejauh ini, pendapatan para perusahaan teknologi Tiongkok masih bervariasi - Tencent, Alibaba, dan JD.com Inc semuanya mengalahkan estimasi pendapatan, tetapi hasil-hasilnya menunjukkan kelemahan yang terus-menerus di berbagai bidang, mulai dari pembayaran hingga e-commerce.

Miliarder dan founder Baidu yang berbasis di Beijing, Robin Li, memiliki harapan besar untuk menciptakan ‘ChatGPT’ versi China, meski harus melewati banyak rintangan.

Baidu bahkan harus melawan sesama perusahaan teknologi besar dan juga perusahaan startup yang sedang naik daun. Tahun lalu Baidu menguasai sekitar seperlima dari pasar AI generatif senilai US$250 juta di negara itu, menurut perkiraan IDG.

Namun, kepemimpinan tersebut dengan cepat terkikis. Pemilik TikTok, ByteDance Ltd, misalnya, meluncurkan chatbot Doubao tahun ini, dan perlahan melampaui Ernie dari sisi popularitas.

Robert Lea dan Jasmine Lyu, analis dari Bloomberg Intelligence   melihat Tencent dan Alibaba terus mempersempit kesenjangan memang menjadi tantangan baru untuk Baidu, dengan prediksi bisnis AI perusahaan akan terus merugi selama tiga tahun ke depan.

Pameran teknologi AI dengan Baidu, Tencent, dan Alibaba jadi pemain utama.

“Kami memperkirakan bisnis mesin pencari Baidu - lokomotif penghasil uang utama grup - akan tetap berada di bawah tekanan berkelanjutan dari meningkatnya persaingan di sektor video pendek, dengan meningkatnya ketidakpastian di sektor korporat China sebagai risiko tambahan,” tulis kedua analis ini.

Baidu bisa kehilangan pangsa pasar di tengah perang harga AI, Lea dan Lyu menambahkan. Situasi demikian  lantas akan menghambat kemampuannya memonetisasi keahlian teknisnya dan membalikkan usaha AI-nya yang tidak menguntungkan. “Kami memperkirakan laba bersih Baidu yang disesuaikan akan turun 5-10% tahun ini.”

Pendapatan cloud Baidu - yang kini menjadi pendorong pertumbuhan terbesarnya - melonjak 14% menjadi 5,1 miliar yuan, Li mengatakan kepada para analis dalam panggilan pasca-pengumuman pendapatan. Hampir 9% dari penjualan cloud berasal dari produk AI, tambah Li. 

Untuk konten yang diproduksi oleh Ernie, sekarang menyumbang 18% dari hasil pencarian Baidu, naik dari hanya 11% pada pertengahan Mei. Transisi ini berarti perusahaan harus memotong slot iklan di hasil pencariannya dalam jangka pendek, tetapi ini adalah pengorbanan yang bersedia dilakukan perusahaan untuk membuat pengguna tetap terlibat dengan layanan AI generatifnya, kata Li.

Dalam gambaran umum,  ambisi Baidu yang lebih luas di bidang AI secara bertahap membuahkan hasil - meskipun setelah bertahun-tahun dan investasi miliaran dolar. 

Perusahaan mengatakan bahwa layanan pemesanan kendaraan otonomnya, Apollo Go, akan menghasilkan keuntungan secara ekonomi pada tahun 2025. Apollo sekarang mengoperasikan armada robotaksi yang terus bertambah yang mencakup kota Wuhan. 

(bbn)

No more pages