Logo Bloomberg Technoz

Rupiah masih sulit melawan tekanan jual karena pasar sepertinya masih dibayangi kecemasan akan eskalasi ketegangan di ranah politik domestik yang ditakutkan bisa memicu social unrest dalam skala lebih luas.

Kekhawatiran itu memicu aksi jual di pasar forward di mana pada dini hari tadi pada penutupan bursa New York, rupiah offshore ditutup melemah tajam hingga 1,57% untuk NDF-USD/IDR tenor 1 bulan. Sedangkan NDF-1W rupiah ditutup lemah hingga 1,36% ketika indeks dolar AS ditutup menguat 0,46%.

Pada Kamis kemarin, demo ribuan elemen masyarakat sipil di berbagai kota di Indonesia pecah, menyalakan alarm di pasar yang membuat surat utang negara banyak dilepas dan indeks saham nyaris ambles hingga 1% dalam waktu cepat.

Wakil Ketua DPR-RI Sufmi Dasco dalam pernyataannya Kamis malam bilang, pengesahan RUU Pilkada tidak bisa dilakukan dan parlemen menyerahkan pada KPU untuk mengeluarkan aturan (PKPU) berdasarkan tafsiran MK.

Meski pernyataan itu dikeluarkan, elemen masyarakat sipil ditengarai masih akan berjaga-jaga mengantisipasi kemunculan akrobat lanjutan dari para elit politik. Alhasil, tidak ada yang bisa memastikan apakah hari ini unjuk rasa tidak berlanjut lagi. Ketegangan masih tersisa. 

Presiden Joko Widodo, di tengah panas demo menentang pengesahan RUU Pilkada pada Kamis, memanggil Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Istana Kepresidenan pada Kamis siang. Seperti dikabarkan oleh media lokal, SMI yang datang ke Istana pada pukul 15.20 WIB dan tidak mengeluarkan sepatah kata ketika ditanya oleh para jurnalis. 

Selain isu politik domestik, rupiah juga terbebani oleh data transaksi berjalan yang membukukan defisit semakin besar, mencapai US$3 miliar pada kuartal II-2024, melampaui prediksi pasar. 

Analis asing memperkirakan, tekanan pada rupiah bisa semakin besar di mana ada potensi terperosok ke Rp15.800-an/US$.

"Setelah banyak dijual kemarin, saya perkirakan itu akan berlanjut hingga mencapai rata-rata pergerakan 200 hari di kisaran Rp15.865/US$," kata Brad Bechtel, Global Heaf of FX Jefferies, dilansir dari Bloomberg.

Rupiah dinilai memiliki peluang untuk semakin melemah ke arah Rp16.101/US$ jika dolar AS menguat setelah pidato Powell di Jackson Hole. "Namun kita mungkin harus menunggu hingga laporan non-farm payrolls berikutnya untuk meredakan tekanan pada dolar AS yang lebih luas," katanya.

Pidato Powell

Pasar juga akan mengantisipasi pidato Powell di Jackson Hole pada Jumat waktu Amerika. Powell diharapkan bisa memberikan petunjuk lebih terang tentang prospek kebijakan bunga acuan setelah risalah rapat FOMC Juli yang dirilis kemarin memberi sinyal dovish.

Dua pejabat The Fed kemarin menyatakan, mereka menilai sudah tepat bagi The Fed untuk segera memulai penurunan bunga di mana lajunya harus bertahap dan metodis.

Gubernur The Fed Boston Susan Collins bilang, bank sentral harus bergerak bertahap saat memulai pelonggaran seraya menekankan ia tidak melijat ada 'tanda bahaya besar' dalam perekonomian. Ia bilang, The Fed fokus pada 'mempertahankan pasar tenaga kerja yang sehat sementara inflasi terus ditekan', seperti dilansir oleh Bloomberg News.

Pada bagian terpisah, Gubernur Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker yang tidak memberikan suara pada FOMC tahun ini, menilai, masih dibutuhkan lebih banyak data sebelum The Fed memulai siklus pelonggaran.

"Kami harus mulai menurunkan suku bunga secara metodis," kata Harker. "Saat ini, saya tidak berada di kubu 25 atau 50--saya perlu melihat data beberapa minggu lagi," katanya, mengacu pada perdebatan tentang apakah pemotongan pertama harus 25 basis poin atau 50 basis poin.

(rui)

No more pages