Demo ribuan elemen masyarakat sipil di berbagai kota kemarin, menyalakan alarm di pasar yang membuat surat utang negara banyak dilepas dan indeks saham nyaris ambles hingga 1% dalam waktu cepat.
Pada Kamis malam, Wakil Ketua DPR-RI Sufmi Dasco menyatakan pengesahan RUU Pilkada tidak bisa dilakukan dan parlemen menyerahkan pada KPU untuk mengeluarkan aturan (PKPU) berdasarkan tafsiran MK.
Meski pernyataan itu dikeluarkan, elemen masyarakat sipil ditengarai masih akan berjaga-jaga mengantisipasi kemunculan akrobat lanjutan dari para elit politik. Alhasil, tidak ada yang bisa memastikan apakah hari ini unjuk rasa tidak berlanjut lagi. Ketegangan masih tersisa.
Presiden Joko Widodo, di tengah panas demo menentang pengesahan RUU Pilkada pada Kamis, memanggil Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Istana Kepresidenan pada Kamis siang. Seperti dikabarkan oleh media lokal, SMI yang datang ke Istana pada pukul 15.20 WIB dan tidak mengeluarkan sepatah kata ketika ditanya oleh para jurnalis.
Selain isu politik domestik, rupiah juga terbebani oleh data transaksi berjalan yang membukukan defisit semakin besar, mencapai US$3 miliar pada kuartal II-2024, melampaui prediksi pasar. Transaksi berjalan yang makin rapuh akan menurunkan sokongan bagi rupiah ke depan dan mengikis besaran penurunan BI rate tahun ini, menurut analisis Mega Capital Sekuritas.
Kemarin, ketika IHSG tergerus turun, pemodal asing masih membukukan posisi net buy senilai Rp1,26 triliun, menjadi aksi beli untuk hari ke-12 perdagangan tanpa putus di bursa saham. Sedangkan di pasar surat utang, data terakhir pada 21 Agustus, asing juga membukukan net buy senilai Rp1,51 triliun, pembelian beruntun 10 hari tanpa putus.
Analisis teknikal
Secara teknikal rupiah berpotensi semakin jatuh ke kisaran Rp15.800-an/US$ lagi dalam waktu dekat. Eskalasi politik domestik akan semakin menekan rupiah.
"Setelah banyak dijual kemarin, saya perkirakan itu akan berlanjut hingga mencapai rata-rata pergerakan 200 hari di kisaran Rp15.865/US$," kata Brad Bechtel, Global Heaf of FX Jefferies, dilansir dari Bloomberg.
Rupiah dinilai memiliki peluang untuk semakin melemah ke arah Rp16.101/US$ jika dolar AS menguat setelah pidato Powell di Jackson Hole. "Namun kita mungkin harus menunggu hingga laporan non-farm payrolls berikutnya untuk meredakan tekanan pada dolar AS yang lebih luas," katanya.
Dalam perspektif teknikal harian, rupiah hari ini berpotensi makin lemah menuju area Rp15.650-Rp15.700/US$. Trendline channel sebelumnya jebol dan tertembus yang menjadi support terkuat rupiah kini menjadi level resistance terdekat pada Rp15.570/US$.
Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan dan volume yang tinggi, ada trendline garis ungu pada level Rp15.750/US$ akan jadi support krusial, bersama Rp15.800/US$, sekaligus support psikologis.
Sementara resistance selanjutnya ada pada Rp15.550-Rp15.500/US$.
Menkeu Prabowo
Di sisi lain, pasar juga melihat adanya sinyal pejabat menteri keuangan di kabinet Presiden terpilih Prabowo Subianto. Dalam rapat kerja bersama Komisi XI-DPR RI pada Rabu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani melempar sinyal bahwa Thomas Djiwandono, Wakil Menteri Keuangan yang juga keponakan Prabowo, akan menjadi penerusnya nanti.
“Titip Wakil Menteri saya yang ini pak,” ujar Sri Mulyani sembari mengarahkan sikut ke arah Thomas. “Ini yang akan meneruskan,” lanjutnya.
Pidato Powell
Pasar juga akan mengantisipasi pidato Powell di Jackson Hole pada Jumat waktu Amerika. Powell diharapkan bisa memberikan petunjuk lebih terang tentang prospek kebijakan bunga acuan setelah risalah rapat FOMC Juli yang dirilis kemarin memberi sinyal dovish.
Dua pejabat The Fed kemarin menyatakan, mereka menilai sudah tepat bagi The Fed untuk segera memulai penurunan bunga di mana lajunya harus bertahap dan metodis.
Gubernur The Fed Boston Susan Collins bilang, bank sentral harus bergerak bertahap saat memulai pelonggaran seraya menekankan ia tidak melijat ada 'tanda bahaya besar' dalam perekonomian. Ia bilang, The Fed fokus pada 'mempertahankan pasar tenaga kerja yang sehat sementara inflasi terus ditekan', seperti dilansir oleh Bloomberg News.
Pada bagian terpisah, Gubernur Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker yang tidak memberikan suara pada FOMC tahun ini, menilai, masih dibutuhkan lebih banyak data sebelum The Fed memulai siklus pelonggaran.
"Kami harus mulai menurunkan suku bunga secara metodis," kata Harker. "Saat ini, saya tidak berada di kubu 25 atau 50--saya perlu melihat data beberapa minggu lagi," katanya, mengacu pada perdebatan tentang apakah pemotongan pertama harus 25 basis poin atau 50 basis poin.
Pasar swap menaikkan taruhannya untuk penurunan bunga The Fed bulan depan sebesar 25 bps menjadi 76%. Pada akhir tahun ini, Fed fund rate diprediksi akan berada di 4,5% dengan probabilitas mencapai 44,7%.
(rui)