Bloomberg Technoz, Jakarta - Meski punya manfaat, mengajarkan dua bahasa kepada anak bisa memberi dampak buruk jika anak dan kedua orang tua tidak benar-benar siap.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, Prof DR Dr Rini Sekartini, SpA(K) mengatakan hal yang perlu diperhatikan ketika anak sampai umur 18 bulan tidak mengerti salah satu bahasa dan kosakata tidak sampai 10 kata.
"Kita drop satu bahasa, pertama pengertian dulu baru ekspresif karena penilaian perkembangan anak itu," kata Rini dalam webinar IDAI.
Belajar bilingual bisa membuat anak bingung dan mencampur penggunaan dua bahasa dalam satu kalimat ketika berkomunikasi dengan orang lain.
"Anak-anak kadang-kadang lupa menjawab harus dalam bahasa Inggris yang dia ingat atau dalam bahasa Indonesia. Jadi, dia mencampur antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris," katanya.
Di samping itu, menurut dia, anak-anak dengan monolingual atau hanya menguasai satu bahasa umumnya lebih kaya kosa kata, dapat mendeskripsikan objek, menyampaikan penjelasan, dan menghentikan pembicaraan dengan lebih baik.
Namun, Rini juga mengemukakan bahwa tidak ada penelitian yang membuktikan anak-anak yang diajari lebih banyak bahasa pada usia dini akan mengalami keterlambatan bicara.
(dec/spt)