Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) mengatakan telah memiliki persiapan untuk menghadapi fenomena iklim La Niña, salah satunya dengan sistem aliran sungai dan pipa.
Direktur PTFI Tony Wenas memastikan PTFI sudah memiliki sistem yang bisa mengakomodasi dan mengantisipasi curah hujan yang tinggi pada musim La Niña, yang diproyeksi dimulai pada akhir tahun ini.
Hal ini terjadi karena tambang PTFI di Tembagapura selama ini memang sudah dihadapi dengan curah hujan yang tinggi.
“Di Tembagapura itu kan curah hujannya kira-kira di wilayah kerja kita sekitar 12.000 milimeter ya jadi memang walaupun tidak ada La Niña curah hujannya sudah tinggi sekali. Salah satu yang tertinggi di dunia,” ujar Tony saat ditemui di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kamis (22/8/2024).
Dengan demikian, sistem tersebut sudah mampu untuk menghadapi curah hujan yang tinggi, karena selama ini curah hujan dan faktor alam menjadi salah satu tantangan perseroan.

Di lain sisi, Tony mengatakan, PTFI tidak memiliiki rencana untuk melakukan rekayasa cuaca untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi.
“Kalau kami tidak merencanakan itu karena kita di ketinggian 3.000–4.000an meter. Suasananya dan kontur alamnya agak beda dengan daerah lain,” ujarnya.
Sekadar catatan, kawasan tambang PTFI sebelumnya pernah tergenang banjir, sebagian lainnya dilaporkan longsor pada Februari 2023.
Operasi pertambangan di Indonesia dan Australia diramal akan mengalami gangguan terparah, jika fenomena cuaca La Niña yang diiringi banjir dan hujan lebat terjadi pada akhir tahun ini.
Berdasarkan data pembaruan Juli 2024 dari Pusat Prediksi Iklim AS (CPC), La Niña diperkirakan berkembang selama Agustus—Oktober 2024 dengan probabilitas sebesar 70% dan dapat bertahan hingga akhir 2024—awal 2025, dengan prakiraan yang menunjukkan peluang kelanjutan sebesar 79% hingga November—Januari.
Sementara itu, dampak pasti La Niña masih belum pasti dan bergantung pada intensitas dan durasinya pada pengujung 2024. Akan tetapi, potensi dampak negatifnya rawan mendisrupsi prospek pasar logam dan industri pertambangan global untuk periode 2024—2025.
“Gangguan cuaca yang terkait dengan La Niña kemungkinan akan menimbulkan risiko penurunan prospek pertambangan regional serta menimbulkan volatilitas di seluruh pasar logam,” papar tim peneliti BMI —lengan riset Fitch Solutions— dalam laporannya, dikutip Senin (12/8/2024).
(dov/wdh)