Sebanyak 389 saham anjlok, dan ada 194 saham menguat. Sedangkan ada 202 saham tidak bergerak.
Seluruh indeks sektoral merah ‘Membara’, dengan saham-saham infrastruktur menjadi yang paling dalam kejatuhannya dengan ambles 1,50%. Menyusul saham teknologi yang anjlok 1,39%, dan saham konsumen non primer drop 1,24%.
Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers antara lain PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) yang melonjak 34,7%, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) yang melesat 34,4%, dan PT Nusantara Almazia Tbk (NZIA) yang melejit 33,4%.
Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Satu Visi Putra Tbk (VISI) yang anjlok 24,6% PT Golden Flower Tbk (POLU) yang jatuh 15,1%, dan PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk (MKAP) yang ambruk 13,4%.
IHSG menjadi yang paling ambles dari sekian Bursa Asia yang tertekan di zona merah, Shenzhen Comp. (China), TW Weighted Index (Taiwan), Shanghai Composite (China), CSI 300 (China), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), dan Straits Times (Singapura), yang ambles masing-masing 1,07%, 0,40%, 0,27%, 0,26%, 0,10%, dan 0,01%.
Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam di Asia, bersanding dengan Bursa Saham China.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya yang melaju di zona hijau i.a Hang Seng (Hong Kong), PSEI (Filipina), NIKKEI 225 (Tokyo), KLCI (Malaysia), TOPIX (Jepang), KOSPI (Korea Selatan), dan SETI (Thailand), yang menguat masing-masing 1,44%, 0,89%, 0,68%, 0,39%, 0,25%, 0,24%, dan 0,24%.
Sentimen yang menggerakkan IHSG hari ini datang dari situasi politik yang makin memanas. Gelombang aksi protes dari elemen masyarakat sipil yang terjadi di berbagai wilayah di Tanah Air, membuat parlemen menunda pengesahan RUU Pilkada. Sidang Paripurna DPR tidak memenuhi kuorum sehingga pengesahan ditunda.
"Kami juga melihat risiko politik dari Revisi UU Pilkada. Risiko yang dihadapi adalah demonstrasi bertransformasi menjadi social unrest. Namun, informasi yang tersedia belum dapat digunakan untuk menetapkan probabilitas terjadinya social unrest," mengutip riset Lionel Priyadi Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.
Para pelaku pasar yang sebelumnya tengah menikmati gelombang Bullish, terdorong sentimen suku bunga acuan Federal Reserve, dan berhasil mengerek nilai rupiah menguat terbesar di Asia sepanjang Agustus, mulai meningkatkan kewaspadaan.
Wells Fargo, Bank investasi unggulan asal Amerika Serikat menilai, ada kemungkinan sentimen terhadap Rupiah dan obligasi Pemerintah akan dipengaruhi kemunculan kerusuhan politik meski mungkin hanya berlangsung tidak lama, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Kamis pagi.
Senada dengan pemaparan Analis Panin Sekuritas, investor mencermati gejolak politik di dalam negeri yang belakangan ini sedang cukup memanas terkait Pilkada 2024.
“Hari ini, sejumlah elemen masyarakat tengah menggelar aksi demonstrasi di berbagai daerah untuk mengawal keputusan MK yang tengah diupayakan diubah oleh Badan Legislatif,” terang Panin Sekuritas dalam risetnya.
(fad/ain)