Logo Bloomberg Technoz

Transaksi Berjalan Makin Rapuh, BI Rate Tidak Bisa Turun Banyak

Ruisa Khoiriyah
23 August 2024 08:30

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Defisit transaksi berjalan yang semakin lebar pada kuartal II-2024, diperkirakan akan mempersempit ruang bagi Bank Indonesia dalam melakukan pelonggaran moneter tahun ini.

Di tengah penguatan ekspektasi pasar terhadap peluang penurunan bunga Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS), rupiah diperkirakan masih akan menghadapi ketidakpastian sehingga masih membutuhkan sokongan lebih besar dari tingkat imbal hasil investasi yang kompetitif.

Bank Indonesia melaporkan, Neraca Pembayaran memang membukukan perbaikan dengan nilai defisit yang mengecil menjadi tinggal US$600 juta dari tadinya mencapai US$6 miliar dolar AS pada kuartal II-2024.

Namun, penting untuk dicatat bahwa perbaikan nilai defisit itu kebanyakan disumbang oleh surplus Transaksi Modal dan Finansial, yang banyak disumbang dari arus hilir mudik dana asing jangka pendek. Pada kuartal II lalu neraca ini membukukan surplus US$2,7 miliar, naik dari tadinya mencetak defisit hingga US$1,6 miliar.

Sedang pada saat yang sama, Transaksi Berjalan yang mencerminkan pasokan valas mengendap dalam periode lebih lama karena berasal dari perdagangan barang/jasa atau pariwisata, mencatat defisit yang semakin besar yaitu mencapai US$3,02 miliar. Melonjak dibanding kuartal 1-2024 yang sebesar US$2,40 miliar. Angka itu direvisi lebih besar dari data sebelumnya US$2,16 miliar.