Lebih lanjut, Roy mengungkapkan periode 2023 merupakan tahun yang sangat menantang bagi para pelaku usaha, tidak terkecuali pelaku usaha ritel modern. Gejolak ekonomi dan situasi global yang menantang sangat mungkin menggerus daya beli masyarakat Indonesia.
Walaupun demikian, situasi pandemi Covid-19 yang kian membaik berhasil membuat masyarakat percaya diri untuk kembali berbelanja, khususnya berbelanja langsung ke gerai-gerai ritel modern.
"[Sebanyak 65% masyarakat Indonesia sudah kembali belanja offline, 20% masih senang belanja online, dan 15% hybrid atau keduanya," ujar Roy.
Berkaca pada situasi tersebut, Aprindo memproyeksi terjadi peningkatan penjualan bulanan atau month to month (mtm) di gerai-gerai ritel modern hingga 21% selama Ramadan hingga Idulfitri 1444H dari periode normal. Penjualan produk makanan dan minuman masih akan mendominasi disusul oleh produk pakaian yang biasanya dicari mendekati Hari Raya.
"Belum lagi adanya THR [tunjangan hari raya], ini ikut membantu penjulan ritel [modern]. Masyarakat yang pada awal atau sebelum Ramadan berbelanja untuk stok kemudian akan berbelanja lagi," paparnya.
Adapun, secara tahunan Aprindo memproyeksi industri ritel modern di Tanah Air akan tumbuh hingga 4,6% secaara year on year (yoy) sepanjang 2023. Pemilihan umum (Pemilu) yang akan digelar pada 14 Februari 2024 menjadi salah satu pendorong pertumbuhan tersebut.
"Tiga bulan setelah Idulfitri ini akan menurun [penjualan]. Polanya memang begitu, setelah banyak belanja, masyarakat rem dahulu. Nah Agustus [2023], baru akan naik kembali dibantu oleh Pemilu 2024 yang masuk masa kampanye," katanya.
(rez/wdh)