Pasar juga akan menunggu pengumuman data Neraca Pembayaran kuartal II-2024 di mana Transaksi Berjalan RI diprediksi akan membukukan defisit sebesar US$2,44 miliar, lebih besar dibanding kuartal sebelumnya di US$2,16 miliar.
Sementara secara teknikal, rupiah masih menunjukkan potensi tekanan di zona merah. Potensi pelemahan rupiah hari ini ada di antara Rp15.500 sampai dengan Rp15.530/US$, dengan support terkuat rupiah pada Rp15.550/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp15.450/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.410/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.510/US$ usai pullback, maka ada potensi pelemahan lebih lanjut. Sebaliknya, bila terjadi penguatan hingga Rp15.400/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah berpotensi terus menguat hingga Rp15.370-Rp15.350/US$.
Arah BI rate
Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin siang, Gubernur BI Perry Warjiyo melempar nada berhati-hati perihal kapan dimulainya siklus pelonggaran moneter di tengah sinyal yang makin kuat dari The Fed.
Perry bilang, peluang penurunan BI rate akan lebih luas pada kuartal akhir tahun ini karena saat ini bank sentral masih fokus untuk memastikan rupiah bergerak stabil.
"Kami masih tetap akan melihat ruang terbuka bagi penurunan BI rate pada kuartal IV, sementara triwulan III kami berfokus untuk penguatan lebih lanjut stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry.
BI rate ditetapkan di level 6,25% di tengah penguatan rupiah yang mencapai lebih dari 5% selama Agustus saja. Analis menilai, dari pernyataan kemarin, sinyal yang ingin dilempar oleh BI adalah bahwa bank sentral tidak akan mendahului langkah The Fed memangkas bunga acuan yang diperkirakan akan terjadi September.
Sementara dari pasar global, rilis risalah rapat FOMC The Fed tadi malam menunjukkan sinyal dovish yang kuat. Dalam risalah rapat FOMC Juli itu, beberapa pembuat kebijakan di bank sentral paling berpengaruh di dunia itu mengakui adanya alasan yang masuk akal untuk menurunkan suku bunga. Pada Juli lalu The Fed masih mempertahankan Fed fund rate.
Gubernur The Fed Jerome Powell akan memiliki kesempatan untuk memberikan kejelasan lebih lanjut kepada para investor saat ia berbicara di simposium ekonomi Jackson Hole pada Jumat pekan ini.
"Notulen the Fed menghapus semua keraguan mengenai penurunan suku bunga di September," kata Jamie Cox di Harris Financial Group.
"Strategi komunikasi The Fed adalah untuk membuat pertemuan-pertemuannya tidak terlalu menggerakkan pasar, dan mereka mengikuti naskah yang ada di dalam notulen."
Kemungkinan revisi pada pertumbuhan lapangan kerja AS menambah bukti lebih lanjut bagi para pedagang untuk memperkirakan penurunan suku bunga di September.
Jumlah pekerja dalam daftar gaji kemungkinan akan direvisi turun sebanyak 818.000 selama 12 bulan hingga Maret--atau sekitar 68.000 lebih sedikit setiap bulannya--menurut revisi tolok ukur awal dari Biro Statistik Tenaga Kerja. Ini adalah revisi turun terbesar sejak 2009.
(rui)