Industri Panel Surya di Asia Tenggara Terancam Tarif Tinggi AS
News
21 August 2024 14:20
Bloomberg News
Bloomberg, Masa depan industri panel surya Asia Tenggara, yang merupakan produsen terbesar kedua di dunia setelah China, menghadapi ketidakpastian. Amerika Serikat (AS) punya rencana mengenakan tarif masuk tinggi untuk produk yang diproduksi di kawasan ini.
Perusahaan-perusahaan China yang mendirikan pabrik di Asia Tenggara selama dekade terakhir kini dituduh menghindari tarif impor AS di pasar domestik mereka. Setidaknya tiga perusahaan, termasuk Longi Green Energy Technology Co dan Trina Solar Co, telah mengurangi operasi mereka di Thailand, Vietnam, dan Malaysia, yang bersama dengan Kamboja, menjadi sasaran pemerintah AS.
Keempat negara ini menyumbang lebih dari 40% kapasitas produksi modul surya di luar China, menurut BloombergNEF, dan perusahaan-perusahaan China lainnya dengan fasilitas di sana sedang mencari pasar pengganti AS.
"Para pemasok cenderung untuk mengemas jalur produksi, terutama jalur produksi sel, dan memindahkannya ke Indonesia, Laos, atau Timur Tengah," kata Yana Hryshko, kepala penelitian rantai pasokan surya global di Wood Mackenzie Ltd. Beberapa produsen China sedang menunggu untuk melihat tingkat tarif sebelum memutuskan apakah mereka perlu relokasi, katanya.