Logo Bloomberg Technoz

Sri Mulyani Bandingkan Taper Tantrum 2013 & Era Bunga Tinggi 2023

Azura Yumna Ramadani Purnama
21 August 2024 12:33

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konfrensi pers RAPN 2025 di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jumat (16/8/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konfrensi pers RAPN 2025 di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jumat (16/8/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membandingkan dampak yang terjadi antara fenomena taper tantrum pada 2013-2015 dengan era suku bunga tinggi yang akhir-akhir ini terjadi akibat kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Sri Mulyani menyebut saat taper tantrum kala itu kenaikan Fed Fund Rate (FFR) belum terjadi, baru diumumkan akan dilakukan tindakan normalisasi. Namun Indonesia sudah masuk ke dalam kategori negara fragile.

“2023 sebagai perbandingan interest rate bukan akan dinaikkan, tapi sudah naik 500 basis poin. Maka kita bisa bayangkan magnitude dari daya dampak FFR jauh lebih powerfull dibandingkan taper tantrum,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (21/8/2024).

Oleh karena itu, Bendahara Negara menyebut inflasi Indonesia pada 2023 sebesar 2,61% (year-on-year) dan pertumbuhan ekonomi di 2023 sebesar 5,05% (yoy) merupakan sebuah prestasi karena dicapai saat kenaikan suku bunga yang terjadi.

Ia menjelaskan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) selain bekerja keras untuk menjaga pertumbuhan namun turut menjaga instrumen fiskal itu sendiri. Menurut dia, hal ini tercermin dengan cepatnya konsolidasi fiskal RI setelah masa pandemi Covid-19.