Adapun saham properti yang melaju pesat adalah, PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) meroket 15,7%, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) melesat dengan kenaikan 9,64%. Anak usaha saham BUMN, PT PP Properti Tbk (PPRO) menguat 5,55%.
Senada dengan saham energi, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat 6,81%, PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) terangkat 6,51% dan saham PT Samindo Resources Tbk (MYOH) melesat 3,38% yang juga turut mendukung penguatan IHSG
Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan ikut menguat dan menetap di zona hijau, searah dengan indeks utama dengan melesat 4,4 poin (0,47%) ke posisi 943,55.
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori positif antara lain, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) melonjak 2,96%, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) lompat 2,65%. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 2,02%, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) terbang 1,76%.
Investor mencermati lebih lanjut keputusan rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang sudah memulai pertemuan dua hari terkait dengan kebijakan suku bunga acuan, BI-Rate yang akan diumumkan Rabu siang nanti.
Keberlanjutan sentimen pasar akan bergantung pada sinyal dan komentar dari Perry Warjiyo dan kolega dalam konferensi pers pukul 14.00 siang nanti.
24 dari 36 Ekonom/ Analis yang disurvei oleh Bloomberg memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di 6,25% untuk pertemuan keempat berturut-turut, dengan dua di antaranya memperkirakan pemangkasan seperempat poin.
Sebagai catatan, apabila Perry Warjiyo dan sejawat memberikan sinyal adanya peluang pemangkasan BI-Rate pada September, reli pasar keuangan termasuk IHSG akan berlanjut. Namun sebaliknya, jika BI memutuskan untuk menunggu sampai The Fed memulai masa tersebut, yang berarti penurunan BI-Rate baru terjadi pada Oktober atau setelahnya.
“Maka akan terjadi koreksi pasar yang tajam dalam hal yield SBN, rupiah juga indeks saham,” kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, prakiraan keputusan Bank Indonesia ini melihat ketidakpastian mengenai transisi politik sambil menunggu pelonggaran kebijakan moneter yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
(fad)