Produksi AS
Pada 12 Agustus, rilis laporan Perkiraan Pasokan dan Permintaan Pertanian Dunia bulanan USDA mendorong penurunan harga kedelai lebih lanjut, lantaran taksasi produksi kedelai AS dinaikkan dari 120,7 juta ton menjadi rekor 124,9 juta ton pada 2024.
Proyeksi USDA untuk panen kedelai AS tersebut disertai dengan revisi ke atas terhadap perkiraan invetaris atau stok kedelai akhir musim AS dari 11,9 juta ton menjadi 15,3 juta ton.
Di lain sisi, menurut data Administrasi Umum Bea Cukai China (GACC), akumulasi impor kedelai Negeri Panda pada semester I-2024 hanya mencapai 48,5 juta ton, turun dari realisasi sebanyak 52,6 juta ton pada periode yang sama 2023.
Ekspor Brasil
Eksportir kedelai dari AS pun harus bersaing dengan Brasil untuk memperebutkan pasar China. Data perdagangan Brasil, yang diakses melalui Comex Stat, menunjukkan ekspor kedelai ke China mencapai 55,2 juta ton pada Januari—Juli 2024, setara dengan peningkatan 9,68% dari 50,4 juta ton yang diekspor pada periode yang sama tahun lalu.
Akibat persaingan tersebut, ekspor AS ke China padaJanuari—Juli 2024 hanya mencapai 24,5 juta ton, anjlok 21,38% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 31,2 juta ton.
“Sepanjang sisa 2024 dan hingga 2025, permintaan impor China akan tampak rentan mengingat kondisi yang menantang di sektor babi/unggas domestik. Margin penggilingan kedelai domestik di China berubah negatif pada pertengahan Juni dan sejak itu memburuk lebih lanjut, sementara permintaan pakan domestik yang lemah menyebabkan ekspor bungkil kedelai China naik menjadi 0,89 juta ton pada semester I-2024, lebih dari dua kali lipat dari 0,41 juta ton yang diekspor pada semester I-2023,” lapor BMI.
Dampak ke CPO
Salah satu faktor yang mungkin dapat mengerek harga minyak kedelai —sehingga membuka peluang kenaikan permintaan terhadap CPO — adalah penyelidikan Badan Perlindungan Lingkungan AS yang baru-baru ini diluncurkan terhadap minyak goreng bekas atau jelantah yang diimpor dan digunakan di AS sebagai bahan baku biodiesel.
Impor jelantah untuk biodiesel berbiaya rendah tersebut telah membebani permintaan minyak kedelai domestik di Negeri Paman Sam.
Pada semester I-2024, berdasarkan data Trade Map, AS mengimpor 1,01 juta ton jelantah sawit dibandingkan dengan 0,53 juta ton pada semester I-2023 dan 0,14 juta ton pada semester I-2022.
Impor jelantah AS paling banyak didatangkan dari China, dengan peningkatan dari 0,12% pada semester I-2022 menjadi 41,97% pada semester I-2023 dan kemudian menjadi 57,57% pada semester I-2024.
Menurut laporan Reuters tertanggal 7 Agustus, diduga bahwa beberapa bahan baku impor yang diberi label used cooking oil (UCO) justru terdiri dari minyak sawit murni.
Sebelumnya, pada 19 Juli 2024, Komisi Eropa juga menetapkan bea masuk antidumping (BMAD) sementara hingga 36,40% atas impor biodiesel China.
(wdh)