Optimisme penguatan harga saham BBRI dipicu oleh pencapaian laporan keuangan Perseroan yang lebih tinggi pada kinerja sepanjang 2022. Ditambah lagi, dengan manajemen BBRI mempertahankan Dividend Payout Ratio (DPR) untuk pembagian dividen kepada para pemegang sahamnya.
Adapun pembayaran dividen BBRI sudah dibagikan pada 12 April kemarin, hal ini mengindikasikan sejumlah investor melakukan aksi “Re-investing” ke saham BBRI, mengingat kinerja fundamentalnya yang sangat kuat.
Sebagai gambaran, Bank BRI sukses mencetak pertumbuhan laba bersih mencapai 67,15% secara tahunan menjadi senilai total Rp 51,4 triliun. Raihan ini menjadikan Bank BRI sebagai pemuncak nilai laba tertinggi dibandingkan dari tiga emiten perbankan lain, seperti Bank BCA, Bank BNI, dan Bank Mandiri.
Direktur Utama BRI Sunarso menerangkan, pendapatan berbasis komisi, Fee Based Income Perbankan juga tumbuh hingga double digit. Hal ini tidak lepas dari dampak positif dari transformasi digital Bank BRI.
Untuk kinerja kedepannya, Bank BRI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10% hingga 20% pada 2023 kali ini. Manajemen optimis, pertumbuhan kredit tersebut juga akan diiringi dengan kualitas kredit yang terjaga.
Untuk mencapai target kredit tersebut, Bank BRI telah menyiapkan empat strategi jitu, dua di antaranya adalah memperkuat kapabilitas Retail Banking dengan fokus pada pertumbuhan dana murah (CASA) yang berkelanjutan sehingga dapat menjaga Cost Of Fund (COF) perusahaan dan mengakselerasi sumber-sumber pertumbuhan baru termasuk potensi ultra mikro.
Selanjutnya, Bank BRI juga akan memperkuat sinergi dengan anak usaha. Dan strategi terakhir, untuk memperkuat fundamental, Bank BRI akan menerapkan value beyond profit melalui komitmen terhadap implementasi ESG.
(fad/wep)