“Pada gilirannya, kami telah menaikkan perkiraan harga rata-rata CPO untuk 2025 dari MYR3.500/ton menjadi MYR3.650/ton,” papar BMI.
Tekanan ke Bawah
Dalam jangka pendek, lanjut mereka, CPO masih akan menghadapi tekanan ke bawah.
Beberapa faktor di antaranya adalah apresiasi ringgit Malaysia, dengan nilai tukar US$/MYR turun dari 4,620 pada akhir Juli menjadi 4,225 pada 6 Agustus karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), serta ekspektasi positif untuk ekspor Malaysia, yang membebani harga sekuritas berdenominasi MYR.
Risiko lainnya adalah penjualan aset berisiko yang dipicu oleh gejolak di pasar global, dengan S&P 500 turun 6,08% antara 31 Juli dan 5 Agustus, dan penurunan harga minyak mentah terkait, dengan sentimen negatif yang mengimbangi meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang pada akhirnya memangkas permintaan bahan baku biofuel.
Pasar minyak sawit sejak itu telah stabil dan berhasil menutupi sebagian kerugiannya di awal bulan, dengan akumulasi kerugian dipangkas menjadi 4,12% pada penutupan 11 Agustus.
“Meskipun demikian, kami percaya bahwa sentimen di pasar minyak sawit masih rapuh, yang dapat menyebabkan kemunduran lebih lanjut,” terang laporan tersebut.
“Selain itu, tim Risiko Negara kami memiliki pandangan positif terhadap perkembangan jangka pendek ringgit Malaysia, mengantisipasi apresiasi lebih lanjut hingga akhir 2024 dan hingga 2025, yang —jika semua hal lain sama — akan membebani harga kontrak berjangka minyak sawit berdenominasi MYR.”
(wdh)