Logo Bloomberg Technoz

Dampak Jika Indonesia Gagal Bayar Utang Kereta Cepat

Krizia Putri Kinanti
15 April 2023 15:04

Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung, bagian dari proyek infrastruktur pemerintah Presiden Joko Widodo, masih dalam pembangunan (Bloomberg)
Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung, bagian dari proyek infrastruktur pemerintah Presiden Joko Widodo, masih dalam pembangunan (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung kembali mendapat sorotan publik usai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah gagal membujuk China untuk menurunkan suku bunga pinjamannya dari 3,4% menjadi 2%. Nilai proyek tersebut juga disepakati membengkak menjadi US$1,2 miliar.

Pembengkakan nilai proyek tersebut dinilai berpotensi bakal membebankan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Ekonom Senior Faisal Basri menilai China tidak akan menanggung rugi akibat pembengkakan biaya tersebut. Pasalnya, Indonesia tetap membayar pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga yang tinggi setiap tahunnya. Dengan segala pertimbangan itu, konsorsium Indonesia dipastikan bakal kesulitan membayar utang tersebut sehingga ujung-ujungnya mengandalkan APBN.

"China tidak pernah rugi karena kita tiap tahun bayar bunga yang dari 75%. Pinjaman yang bunganya 20 kali lebih tinggi kalau dari Jepang. Inilah ongkos yang harus kita bayar," kata Faisal kepada Bloomberg Technoz, dikutip Sabtu (15/4/2023).

Sebelumnya total pinjaman yang dinegosiasikan Indonesia ke CDB mencapai US$560 juta atau Rp8,3 triliun (kurs Rp14.841 per dolar AS). Utang itu akan digunakan untuk membiayai pembengkakan biaya (cost overrun) KCJB sebesar US$1,2 miliar atau Rp17,8 triliun.