Logo Bloomberg Technoz

Yield SBN-5Y terkikis 3 bps ke 6,506%, disusul oleh tenor 10Y yang turun 2,8 bps ke 6,657%. Sedangkan tenor 2Y turun 1 bps ke 6,519% pada pukul 13:56 WIB.

Pasar saham juga ramai diserbu aksi beli investor. Indeks Harga Saham Gabungan menyentuh level all time high, atau level tertinggi sepanjang masa di 7.533,23, melompat 0,9% dibanding kemarin.

Bullish pasar tidak hanya terjadi di Indonesia karena hampir semua emerging market kini 'kebanjiran' modal global. Ekspektasi yang makin menguat tentang arah bunga The Fed, jelang pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat nanti di Jackson Hole, membuat dolar AS banyak ditinggalkan.

Indeks dolar AS siang ini bergerak di kisaran 101,9 setelah tadi malam ditutup melemah 0,6%.

"Investor global mengambil posisi short terhadap US dolar karena mereka memprediksi the Fed akan memangkas suku bunga secara agresif pada 2024, sebanyak tiga hingga kali penurunan masing-masing 25 bps dan pada semester 1-2025 sebanyak 100 bps, sehingga suku bunga the Fed diprediksi mencapai 3,50-3,75% pada Juni 2025," kata Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati, tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.

Lelang SUN

Kegairahan di pasar modal domestik terutama di pasar surat utang, sepertinya juga terpantik gelar lelang di pasar primer SBN yang digelar pagi hingga siang tadi.

Lelang SUN hari ini menawarkan seri baru yaitu FR104 yang memiliki tanggal jatuh tempo pada 15 Juli 2030. Seri ini menjadi incaran baru karena akan menjadi acuan baru SBN bertenor lima tahun yang sudah beberapa hari ini mencetak reli harga.

Lelang hari ini juga menawarkan seri SPN, surat utang negara tenor pendek, baru yaitu seri SPN03241120 yang jatuh tempo November nanti. 

Pemodal asing sudah membukukan reli pembelian sedikitnya sebesar US$1,1 miliar atau sekitar Rp15,47 triliun pada Agustus saja, menurut data Kementerian Keuangan yang dikompilasi oleh Bloomberg. Alhasil, nilai net sell yang dibukukan asing sejak awal tahun ini makin mengecil menjadi tinggal US$13 juta saja. 

Arus modal asing yang deras ke pasar surat utang telah membawa imbal hasil SBN ke level terendah sejak April di 6,69% untuk tenor 10 tahun.

"Aset-aset emerging market menikmati hal terbaik dari dua hal yaitu pelemahan dolar AS dan penurunan tingkat bunga AS secara signifikan. Obligasi Indonesia sebagai aset dengan imbal hasil lebih tinggi ditambah Bank Indonesia yang cenderung lebih dovish tentu akan menjadi salah satu yang paling diuntungkan dalam situasi itu," kata Eugene Leow, Fixed Income Strategist DBS Bank di Singapura, dilansir dari Bloomberg News.

Asing bukan hanya menyerbu pasar Indonesia. Pasar keuangan Korea Selatan, India dan Thailand serta Malaysia dan Filipina juga diserbu modal global.

Mengutip data yang dikompilasi oleh Bloomberg, asing membeli obligasi yang tercatat di bursa Korea senilai US$922,7 juta pada 16 Agustus lalu. 

Di India, modal global memborong US$54,8 juta surat utang pada Jumat lalu, melanjutkan reli pembelian dalam tujuh hari beruntun. Saham di bursa India juga diborong senilai US$142,5 juta.

Di Thailand, pemodal asing membeli US$148 juta obligasi pada 19 Agustus lalu. Sedang di Malaysia, asing memborong saham sebesar US$131,2 juta pada hari yang sama, pembelian terbesar sejak 17 Maret 2017 dan melanjutkan reli pembelian kelima hari berturut-turut.

Adapun di Filipina, modal global membeli saham di bursa setempat senilai US$24,8 juta pada 19 Agustus, yang terbesar sejak pertengahan Mei dan menjadi reli pembelian tanpa putus selama delapan hari beruntun.

Di Indonesia, pemodal global tercatat memborong surat utang senilai US$165,7 juta pada 15 Agustus, reli pembelian hari keenam tanpa putus. Sedang di bursa saham, asing memborong US$38,5 juta pada 19 Agustus kemarin, reli pembelian oleh asing hari kesembilan.

(rui)

No more pages