Alvin mencontohkan pembuatan pesawat berukuran kecil seperti Boeing 737 saja terdiri dari sekitar 500.000 hingga 600.000 komponen rakitan. Sementara itu, pesawat besar seperti Boeing 777 memiliki hingga 3 juta komponen yang berbeda, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama pula untuk penyelesaiannya.
"Nah komponen-komponen ini kan bukan dibuat oleh Boeing semua misalnya, atau Airbus semua. Mereka juga membuatkan komponen-komponen ini di berbagai tempat. Kita lihat saja misalnya bagian sayap itu dibuatnya di tempat lain, badan pesawat dibuat di tempat lain, baru nanti setelah jadi semua dirakit di pabriknya," sambungnya.
Selain itu, Alvin juga menekankan komponen satu jenis pesawat dengan pesawat lainnya tidak selalu kompatibel, meski mungkin terdapar komponen kecil yang memiliki ukurannya yang sama.
Walhasil, setiap komponen pesawat membutuhkan mesin produksi yang spesifik, sehingga hal tersebutlah yang membuat prosedur pembuatannya kian jadi lebih lama.
Di lain sisi, Alvin menyarankan jika pihak maskapai ingin mendapatkan pesawat lebih cepat dari waktu pemesanannya, mereka harus melakukan pemesanan segera setelah tipe pesawat tersebut diluncurkan.
"Kalau mau cepat [dapat pesawat], ketika suatu tipe pesawat itu diluncurkan langsung pesan, sebelum orang lain pesan. Itu bisa cepat kemungkinan itu bisa 2 tahun sampai 3 tahun baru bisa mendapatkan pesawat pertama. Namun, kalau antrean sudah panjang, tentunya makin lama untuk deliver karena yang antre duluan ini yang akan dipenuhi offer-nya," terangnya.
Defisit Pesawat
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan Indonesia masih kekurangan 200 armada pesawat terbang untuk dapat mengakomodasi maskapai penerbangan dalam mencakup seluruh titik di Indonesia.
Industri penerbangan Indonesia padahal sempat berkembang pesat hingga 2019. Namun, progres tersebut mulai melambat usai pandemi Covid-19 karena jumlah permintaan penerbangan lebih tinggi dibandingkan dengan pasokan pesawat yang ada.
"Kita kekurangan paling tidak 200 pesawat terbang agar coverage di titik-titik seluruh Indonesia itu lebih baik," ujar Budi dalam konferensi pers Bali International Airshow 2024, Senin (19/8/2024) petang.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membenarkan Indonesia kekurangan beberapa ratus pesawat terbang di tengah permintaan yang meningkat.
"Apalagi dengan [Boeing] 737 Max belum certified, itu juga berdampak kepada pemesanan pesawat yang antre mungkin sampai 10 tahun," ujarnya.
(prc/wdh)