Dolar AS makin ditinggalkan di mana indeks yang mengukur nilai the greenback terhadap enam mata uang utama dunia pagi ini semakin melemah di kisaran 101,82.
"Investor global mengambil posisi short terhadap US dolar karena mereka memprediksi the Fed akan memangkas suku bunga secara agresif pada 2024, sebanyak tiga hingga kali penurunan masing-masing 25 bps dan pada semester 1-2025 sebanyak 100 bps, sehingga suku bunga the Fed diprediksi mencapai 3,50-3,75% pada Juni 2025," kata Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati, tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.
Proyeksi para investor itu menyebabkan dana investasi global mengalir ke emerging market, yang terlihat dari penguatan indeks iShares emerging market tadi malam +0.30% dan VanEck local currency EM +0.60%.
Investor terus menyerbu pasar saham dan obligasi domestik. Pagi ini, IHSG memecah rekor all time high lagi dengan dibuka menyentuh 7.500.
Sementara di pasar surat utang, pergerakan yield bervariasi. Tenor 2Y turun imbal hasilnya ke 6,529%, sedangkan 10Y naik ke 6,688% dan SBN 5Y turun ke 6,541%.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan hari ini dengan target resistance potensial terdekat menuju Rp15.510/US$ hingga Rp15.500/US$. Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp15.470/US$, yang juga merupakan resistance usai break psikologis.
Melihat tren jangka menengah, rupiah terkonfirmasi membentuk tren Higher High, dengan keberhasilan breakout MA-200 dengan volume yang besar, yang tercermin dari time frame daily menuju Rp15.450/US$.
Nilai rupiah terkonfirmasi memiliki support Rp15.600/US$ sebelumnya, sementara kisaran gerak rupiah dalam support di antara Rp15.580 sampai dengan Rp15.650/US$.
(rui)