Seperti yang diwartakan Bloomberg News, dengan The Fed mendekati titik pivot yang krusial, pasar keuangan akan mencari konfirmasi dari Jerome Powell pada Jumat bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September.
Namun, lebih banyak drama mengelilingi apa yang terjadi setelah itu dan laju pemangkasan tambahan selama beberapa bulan ke depan karena The Fed menghadapi risiko ganda terhadap inflasi dan ketenagakerjaan.
“Para investor 'memanjat tembok kekhawatiran' karena reli pemulihan pasar saham memperoleh momentum,” kata Craig Johnson di Piper Sandler.
“Ekuitas kemungkinan akan berkonsolidasi menjelang komentar Fed di Jackson Hole minggu ini,” jelasnya.
Bagi Neil Dutta dari Renaissance Macro Research, The Fed akan melakukan pemangkasan di September, pertanyaannya adalah seberapa banyak.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, secara umum, para pakar ekonomi dan pelaku pasar berpendapat bahwa rilis berbagai data Ekonomi AS sepanjang minggu lalu memperkuat dugaan sedang berlangsungnya softlanding, di mana ekonomi AS terhindar dari perlambatan ekonomi yang tajam dan inflasi turun mendekati target 2%.
“Pejabat tinggi Bank Sentral AS (Federal Reserve) Mary Daly dan Austin Goolsbee memberi petunjuk kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter di bulan September,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Pasar juga mencermati notulen rapat Federal Reserve atau yang lebih dikenal dengan Fed Minutes pada tanggal 30-31 Juli lalu dijadwalkan dirilis minggu ini, dan diyakini akan memberi konfirmasi atas sikap lunak (dovish) para pejabat tinggi Federal Reserve tersebut.
Sementara itu, dari dalam negeri, Dewan Gubernur Bank Indonesia memulai pertemuan dua hari untuk memutuskan kebijakan suku bunga acuan, BI-Rate yang akan diumumkan Rabu esok.
Konsensus para ekonom memperkirakan BI-Rate masih akan dipertahankan di level saat ini, di level 6,25% melibatkan 20 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, sebelum pemangkasan diprediksi baru akan dilakukan setelah Federal Reserve, Bank Sentral AS, memulai siklus pelonggaran.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,47% ke 7.466 dan masih didominasi oleh volume pembelian.
“Pada label hitam, adanya kemungkinan IHSG sedang membentuk akhir wave [b] dari wave 2 pada pola running flat, selanjutnya, IHSG akan terkoreksi ke rentang area 7.059-7.232,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (20/8/2024).
Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG mampu break 7.488, maka IHSG akan menuju ke 7.513-7.654 dan cetak rekor baru ATH.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ARTO, BIRD, HRTA, dan TUGU.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, data terbaru menunjukan inflasi berada di level terendah sejak 2021, yaitu di level 2,9% yoy. Kondisi tersebut bersamaan dengan perbaikan sejumlah data tenaga kerja terbaru. Data-data tersebut meredam kekhawatiran inflasi, sekaligus memastikan peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed di September 2024. Hal ini diperkirakan menjadi salah satu topik utama dalam Jackson Hole Symposium pada pekan ini.
“Secara teknikal, Stochastic RSI berada di overbought area dengan movers utama adalah mayoritas saham bank berkapitalisasi besar,” tulisnya.
Namun tetap waspadai potensi Sell-on-News pada IHSG dalam beberapa hari kedepan, khususnya pada saat pengumuman hasil RDG BI pada Rabu (21/8). Pasar mengharapkan dovish tone dari BI pasca RDG di Rabu (21/8) pekan ini. Bahkan, spekulasi pemangkasan sukubunga acuan BI sebesar 25 bps dalam RDG tersebut mulai mencuat.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi GGRM, HMSP, WIIM, INTP, ARTO, dan BBYB.
(fad/wep)