Para pelaku pasar hari ini menanti rilis data tingkat bunga pinjaman utama China, juga lelang Surat Utang Negara yang menargetkan penjualan senilai Rp22 triliun. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia juga dimulai hari ini dan akan mengumumkan kebijakan bunga acuan BI Rate pada Rabu siang esok.
Pada perdagangan Senin kemarin, rupiah melejit ke level terkuat sejak Januari 2024. Penguatan rupiah itu terungkit sentimen bullish yang mendominasi pasar global dan regional dan memantik animo pemodal ke pasar domestik.
Animo beli menguat di pasar saham dan pasar surat utang. Sampai sore kemarin, mayoritas yield Surat Berharga Negara (SBN) terkikis mengindikasikan kenaikan harga obligasi.
Yield SBN-10Y turun 3,1 bps ke 6,675%, lalu SBN-5Y turun 3,9 bps ke level 6,520%. Selain itu tenor SBN-15Y juga turun 2,1 bps dan 20Y turun juga 1,5 bps masing-masing ke 6,748% dan 6,856%. Sedangkan tenor 2Y naik 1,4 bps ke 6,437% dan tenor 1Y juga masih naik 2 bps ke 6,368%.
Sedangkan di pasar saham, IHSG mencetak all time high baru ke level 7.466,83, terdorong aksi borong di bursa di seluruh dunia seiring mengecilnya kekhawatiran akan resesi Amerika Serikat.
Rupiah spot pada Senin ditutup menguat di level Rp15.550/US$, posisi terkuat rupiah sejak 11 Januari lalu, mencerminkan penguatan 138 poin dibanding level penutupan Jumat lalu.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan hari ini dengan target resistance potensial terdekat menuju Rp15.510/US$ hingga Rp15.500/US$. Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp15.470/US$, yang juga merupakan resistance usai break psikologis.
Melihat tren jangka menengah, rupiah terkonfirmasi membentuk tren Higher High, dengan keberhasilan breakout MA-200 dengan volume yang besar, yang tercermin dari time frame daily menuju Rp15.450/US$.
Nilai rupiah terkonfirmasi memiliki support Rp15.600/US$ sebelumnya, sementara kisaran gerak rupiah dalam support di antara Rp15.580 sampai dengan Rp15.650/US$.
(rui)