Sekadar catatan, realisasi produksi siap jual atau lifting minyak berada pada level 576 million barel oil per day (MBOPD). Angka ini berada di bawah target lifting minyak yang berada di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 dan work program & budget (WP&B) 2024 masing-masing sebesar 635 MBOPD dan 589,5 MBOPD.
Kedua, Bahlil meminta kepada Kepala Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto untuk menyiapkan data ihwal potensi C3C4 di Indonesia sebagai bahan baku LPG.
Sesuai dengan arahan Jokowi dan Prabowo, Bahlil mengatakan, Indonesia harus memiliki kapasitas produksi LPG dalam negeri.
“Dirut Pertamina [Nicke] jangan harga LPG dalam negeri lebih murah banyak sekali daripada impor, ini tidak benar. Itu tugas saya dalam 2 bulan. Jadi Pertamina nanti kita duduk bareng, jangan selisih harga US$50–US$60 [per ton] itu berarti memberikan peluang impor terlalu banyak,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi mengatakan terdapat kandungan 5% C3C4 dari hasil produksi Geng North sebesar 1.000 million standard cubic feet per day (MMSCFD).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), volume produksi LPG Indonesia adalah sebesar 1,98 juta metrik ton pada 2022. Sementara, impor LPG adalah 6,73 juta metrik ton pada 2022.
Ketiga, memperbaiki tata kelola mineral dan batu bara (minerba) dengan sistem yang transparan.
“Saya tahu ini banyak yang mengeluh tentang barang ini, saya juga pusing kadang-kadang. Namun, tidak apa-apa, kalau tidak pusing kan negara sudah aman. Kalau kita masih pusing berarti negara ini masih butuh perbaikan,” ujarnya.
(dov/frg)