Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Angin segar masih terus berhembus ke pasar keuangan domestik di tengah fluktuasi pergerakan pasar global yang masih digelayuti tanda tanya arah bunga acuan Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat. Keyakinan mayoritas pelaku pasar dunia bahwa Fed akan mulai melunakkan kebijakannya dengan berhenti menaikkan bunga acuan setelah Mei nanti, berimbas pada derasnya aliran modal asing ke pasar finansial di tanah air.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, selama 2023 hingga data setelmen 13 April lalu, pemodal asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 61,7 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan beli neto di pasar saham sebesar Rp 7,3 triliun. Total pembelian asing di dua instrumen paper investment itu mencapai Rp 69 triliun selama 2023.

Per 13 April, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 823,89 triliun, level tertinggi sejak 9 Mei 2022. Sedangkan di pasar saham, pemodal asing telah mencatat net buy empat hari berturut-turut senilai total hampir Rp 5 triliun.

Pemodal asing terus menambah investasi mereka di SBN rupiah (Divisi Bloomberg Technoz)

Capital inflow yang stabil telah memberikan penguatan pada nilai tukar rupiah. Pada perdagangan Jumat (14/4/2023), rupiah semakin perkasa ke posisi terkuat dalam 10 bulan terakhir di kisaran Rp 14.659 per dolar AS. Itu adalah level terkuat rupiah sejak 13 Juni lalu. Rupiah menjadi valuta Asia dengan penguatan terbesar nomer dua setelah won Korea hari ini.

Banyak sentimen positif

Mekarnya pamor pasar keuangan domestik juga banyak disokong oleh kabar baik dari perekonomian. Indeks Keyakinan Konsumen melesat ke level tertinggi dalam 7 bulan terakhir. International Moneter Fund (IMF) juga menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi RI pada 2023, dari semula 4,8% menjadi 5%. Di saat yang sama, inflasi domestik memang menunjukkan tren perlambatan dengan tingkat indeks harga konsumen Maret di posisi 4,97% dan inflasi inti sudah terjangkar di target Bank Indonesia 2,94%.

Inflasi diprediksi akan terus melandai dan memberi ruang bagi BI untuk melanjutkan kebijakan dovish, bahkan bank sentral dinilai memiliki cukup ruang untuk mulai melakukan pembalikan arah dengan memangkas bunga acuan sebelum tahun ini berakhir.

Yang terbaru, BI mengumumkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang memperlihatkan kinerja kegiatan dunia usaha meningkat pada triwulan I 2023. Hal itu tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 11,05%, sedikit lebih tinggi dari SBT pada triwulan IV 2022 sebesar 10,71%. Peningkatan kinerja kegiatan usaha terindikasi pada Lapangan Usaha (LU) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan seiring dengan pola historis musim panen serta LU Industri Pengolahan sejalan dengan peningkatan aktivitas industri, ketersediaan sarana produksi, dan kapasitas penyimpanan yang mendukung. Selain itu, kinerja LU Pertambangan dan Penggalian serta LU Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor juga meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan dalam negeri dan mobilitas masyarakat.

Pada kuartal II-2023, responden memprakirakan kegiatan usaha meningkat dengan SBT sebesar 21,44%. Peningkatan kegiatan usaha diprakirakan terjadi pada beberapa LU utama, yaitu LU Pertanian seiring masih berlanjutnya panen raya dan LU Pertambangan didukung oleh ketersediaan sarana produksi. Selain itu, kinerja LU Industri Pengolahan juga meningkat sejalan dengan kenaikan permintaan didukung oleh ketersediaan sarana produksi dan kapasitas penyimpanan, sementara kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, LU Transportasi dan Pergudangan, serta LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum meningkat seiring dengan permintaan dalam negeri yang meningkat pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri 1444 H.

BI juga melaporkan kinerja manufaktur Indonesia pada kuartal I-2023 meningkat dan berada di fase ekspansi. Pada kuartal II-2023, kinerjanya diperkirakan kian membaik.

Mengutip data Prompt Manufacturing Index (PMI)  BI, pada kuartal I-2023, angka PMI-BI ada di 50,75% atau berada di fase ekspansi. Capaian itu juga lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 50,06%.

"Peningkatan terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI terutama volume produksi, pesanan, dan persediaan barang jadi yang berada dalam fase ekspansi. Berdasarkan sublapangan usaha, peningkatan terjadi terutama pada industri pengolahan tembakau, mesin dan perlengkapan, serta alat angkutan," sebut laporan BI.

(rui/dhf)

No more pages