Logo Bloomberg Technoz

Animo global itu memantik aksi beli di pasar surat utang dan pasar saham, termasuk di pasar domestik. Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) hampir semua mencatat penurunan, indikasi kenaikan harga obligasi. 

Yield SBN-10Y turun 3,1 bps ke 6,675%, lalu SBN-5Y turun 3,9 bps ke level 6,520%. Selain itu tenor SBN-15Y juga turun 2,1 bps dan 20Y turun juga 1,5 bps masing-masing ke 6,748% dan 6,856%. Sedangkan tenor 2Y naik 1,4 bps ke 6,437% dan tenor 1Y juga masih naik 2 bps ke 6,368%.

Sedangkan di pasar saham, IHSG, juga melanjutkan kenaikan 0,47% ke 7.466,83.

SRBI ditinggalkan

Minat pemodal, termasuk modal asing, terhadap SBN telah meningkat dalam lebih sepekan terakhir ini dan memupus animo terhadap instrumen jangka pendek berimbal hasil tinggi, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Bunga SRBI yang terus menurun menyentuh level terendah sejak April, menggiring keluar modal asing dan beralih ke pasar surat utang negara.

Pada lelang terakhir Jumat lalu, Bank Indonesia kembali memangkas bunga SRBI menjadi 7,20%, ini menjadi level bunga terendah sejak 19 April, atau sebelum rupiah menjadi bulan-bulanan pasar hingga menjebol level psikologis terlemah di Rp16.000-an usai libur Lebaran pada April lalu.

Mengacu pada catatan Bank Indonesia, selama periode transaksi 12-15 Agustus lalu, pemodal asing cuma mencatat pembelian bersih sebesar Rp130 miliar. Jauh lebih sedikit dibanding pembelian di surat utang negara dan saham. Periode yang sama, nonresiden memborong SBN senilai Rp7,36 triliun dan saham Rp2,18 triliun.

Alhasil, selama 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 15 Agustus lalu, demikian data BI, nonresiden membukukan posisi jual neto yang makin kecil di SBN menjadi sebesar Rp11,54 triliu. Lalu, di pasar saham juga asing kembali mencatat posisi beli neto senilai Rp3,36 triliun. Sedangkan di SRBI, posisi asing net buy terbesar mencapai Rp179,37 triliun.

(rui)

No more pages