Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara anjlok pada perdagangan akhir pekan lalu. Ke depan, bagaimanakah prospek harga si batu hitam?
Pada Jumat (16/8/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 146,75/ton. Ambruk 2,17% dibandingkan hari sebelumnya.
Meski jatuh, tetapi harga komoditas ini masih naik 0,51% sepanjang pekan lalu. Selama sebulan terakhir, harga masih melonjak 8,91%.
Oleh karena itu, sepertinya aksi ambil untung (profit taking) menjadi penyebab kejatuhan harga batu bara. Maklum, harga komoditas ini sudah menjalani reli yang cukup solid.
Selain itu, faktor fundamental juga menjadi pemberat bag harga batu bara. Curah hujan yang tinggi di China membuat pembangkit listrik tenaga air memiliki sumber energi yang memadai, dan ini bisa menurunkan permintaan batu bara.
Usai beberapa tahun absen, tahun ini hujan lebat kembali mendatangi China. Bahkan sampai menyebabkan banjir di berbagai wilayah.
China adalah konsumen batu bara terbesar dunia. Saat permintaan batu bara di sana turun karena sumber daya air yang melimpah untuk membangkitkan listrik, maka akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih bertahan di zona bullish. Tercermin dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 64,64. RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Sudah paling rendah, sudah sangat jenuh jual (oversold).
Namun investor tetap perlu waspada karena bisa jadi batu bara akan masuk fase konsolidasi. Target support terdekat adalah US$ 146/ton. Jika tertembus, maka US$ 142/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sementara target resisten terdekat ada di US$ 150/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga batu bara naik menuju US$ 154/ton.
(aji)