Logo Bloomberg Technoz

Saingan dengan Malaysia, RI Jadi Basis Investasi LNG di Asean

Redaksi
19 August 2024 06:00

Kapal Gas Arjuna milik PT Pertamina International Shipping (PIS). (Dok. PIS)
Kapal Gas Arjuna milik PT Pertamina International Shipping (PIS). (Dok. PIS)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indonesia dan Malaysia diproyeksi menjadi penggerak investasi hulu migas di kawasan Asia Tenggara, seiring dengan banyaknya temuan ladang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) baru serta proyek-proyek penangkapan karbon di kedua negara tersebut.

BMI —lengan riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Ratings — menyebut, secara agregat, total belanja modal atau capital expenditure (capex) oleh empat perusahaan migas utama di Asean diestimasikan mencapai US$24 miliar pada 2024, naik 8% secara year on year (yoy).

“Kami memproyeksikan total capex senilai US$31 miliar pada 2025, meningkat dari perkiraan awal kami sebesar US$22 miliar pada 2022, terutama didorong oleh perkiraan belanja yang lebih tinggi untuk perusahaan yang beroperasi di sektor hulu Malaysia dan Indonesia,” papar tim analis BMI dalam laporannya, dilansir medio bulan ini.

Mayoritas belanja modal BUMN migas Asia Tenggara tersebut, menurut BMI, akan difokuskan pada pengembangan ladang gas alam, termasuk infrastruktur LNG dan regasifikasi, yang diharapkan mendominasi investasi industri hulu dan antara migas di kawasan.

Capex untuk proyek LNG di Asean./dok. BMI


Selain LNG, potensi peningkatan belanja modal tersebut sebagian juga didukung oleh BUMN migas di Asean yang mulai gencar berinvestasi di proyek-proyek rendah karbon dan transisi energi.