Logo Bloomberg Technoz

Investasi untuk tujuh pengeboran sumur mencapai US$203,5 juta (atau setara Rp3,25 triliun asumsi kurs saat ini) dan diperkirakan memberikan penambahan penerimaan negara sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp32 triliun diharapkan dapat memberikan tambahan minyak sebesar 42.92 MMSTB. 

Menara pemrosesan minyak dan infrastruktur milik Exxon Mobil Corp. Banyu Urip Central Processing Facility di Bojonegoro (Dimas Ardian/Bloomberg)

Terobosan Pacu Produksi

Lebih lanjut, Arifin mengatakan upaya pemerintah untuk memacu target lifting minyak tahun ini dan tahun depan adalah dengan mengupayakan pengeboran minyak nonkonvensional (MNK) di berbagai lapangan, seperti di Buton.

“Kita ini kerja sama dengan Cina juga untuk mengangkat recovery factor. Itu juga kita dorong. [...] Mudah-mudahan akhir tahun ini udah bisa jalan, tetapi untuk ngangkat produksinya butuh waktu,” ujarnya.

Sekadar catatan, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan realisasi produksi siap jual atau lifting minyak per semesteri I-2024 berada pada level 576 million barel oil per day (MBOPD). 

Angka ini berada di bawah target lifting minyak yang berada di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 dan work program & budget (WP&B) 2024 masing-masing sebesar 635 MBOPD dan 589,5 MBOPD. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan penyebab realisasi yang berada di bawah target adalah gangguan banjir yang mengganggu aktivitas drilling atau pengeboran.

“Semester I mengalami gangguan banjir di mana-mana, sehingga drilling praktis lebih dari satu bulan tidak bisa dilakukan. Sehingga ada beberapa keterlambatan di keadaan drilling yang mengakibatkan realisasi produksi minyak kita adalah 576 MBOPD,” ujar Dwi akhir Juli.

Namun, SKK Migas memproyeksikan bahwa realisasi lifting minyak Indonesia pada akhir tahun juga hanya berada pada level 595 MBOPD atau hanya sebesar 94% dari target APBN 2024 atau 99% dari target WP&B sebesar 596,4 MBOPD. 

(wdh)

No more pages