Logo Bloomberg Technoz

Tekanan jual yang melanda pasar surat utang mengancam reli pembelian SBN oleh asing yang telah berlangsung lima hari perdagangan terakhir.

Pemodal asing tercatat telah menggeber belanja besar-besaran di pasar keuangan RI sepekan terakhir terungkit sentimen arah bunga Federal Reserve yang mengerek pamor aset-aset emerging market, termasuk Indonesia.

Mengacu data otoritas yang dikompilasi oleh Divisi Riset Bloomberg Technoz, pemodal asing membukukan posisi beli bersih di pasar SBN selama lima hari perdagangan berturut-turut sejak pekan lalu. Bila menghitung tiga hari pekan ini saja, 12-14 Agustus, asing sudah memborong obligasi negara senilai Rp6,06 triliun. 

Sementara di bursa saham, asing bahkan mencetak reli pembelian selama tujuh hari beruntun sejak 7 Agustus lalu. Empat hari perdagangan pekan ini saja, asing membukukan pembelian saham (net buy) di bursa domestik sebesar Rp2,18 triliun.

Minat yang besar itu berhasil membawa penguatan rupiah selama Agustus menjadi yang terbaik di Asia sejauh ini. Rupiah membukukan penguatan 3,47% month-to-date, tertinggi dibanding ringgit 2,89% dan peso Filipina 2,06% juga baht Thailand 1,71%.

Kekhawatiran fiskal

Pelaku pasar akan mencermati pidato Jokowi hari ini dalam Sidang Tahunan MPR/DPR-RI, yang akan menjadi pidato terakhir mengakhiri periode 10 tahun kekuasaannya. 

Jokowi juga akan menyampaikan Nota Keuangan APBN 2025 yang akan memberikan gambaran kebijakan fiskal pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto. 

Para investor ingin mengetahui bagaimana anggaran pemerintah ke depan bisa memastikan keberlanjutan kebijakan Jokowi sekaligus mengakomodasi program unggulan Prabowo. "Kami tidak berpikir pemerintahan Prabowo akan membuat kegaduhan terutama ketika pasar masih gelisah dan khawatiran tentang disiplin fiskal," komentar Brian Lee, ekonom Maybank Securities seperti dilansir Bloomberg News.

Perhitungan Bloomberg Economics memperlihatkan, bila Prabowo mempertahankan defisit anggaran sebesar 3% dari PDB, maka akan menjaga utang stabil di kisaran 40% PDB. Itu dengan mengasumsikan suku bunga di depan sejalan dengan kurva pasar dan tidak ada guncangan terhadap mata uang atau pertumbuhan Indonesia.

Sedangkan skenario dengan defisit fiskal sebesar 4% dari PDB atau lebih tinggi, menunjukkan utang terus meningkat setidaknya hingga tahun 2050, bukannya bergerak datar. Menaikkan rasio utang jadi 50% dari PDB pada akhir masa jabatan lima tahun Prabowo akan membutuhkan defisit anggaran lebih dari 5% dari PDB, menurut estimasi ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson.

(rui)

No more pages