Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Penjualan Ritel AS meningkat pada Juli dengan laju tertinggi sejak awal 2023 dalam kenaikan luas yang menunjukkan konsumen yang tangguh. Meningkat 1% mtm.
Secara tahunan, Penjualan Ritel di AS menguat 2,7% yoy, terbesar dalam tiga bulan, menyusul kenaikan 2% pada Juni. Data ini terbit seiring dengan mendinginnya pasar tenaga kerja dan semakin dekatnya Pemilihan Presiden, yang membayangi kemajuan dalam mengendalikan inflasi.
“Angka Penjualan Ritel yang lebih kuat dari perkiraan meredakan beberapa kekhawatiran bahwa AS mungkin tergelincir ke dalam resesi,” kata Bret Kenwell di eToro.
“Investor dan konsumen menginginkan inflasi turun– tetapi tidak dengan mengorbankan ekonomi,” jelasnya.
Mengingat guncangan pasar baru-baru ini tentang data tenaga kerja, laporan Klaim Pengangguran adalah hal positif lainnya. Permohonan awal untuk tunjangan pengangguran AS melandai untuk minggu kedua ke titik level terendah sejak awal Juli,
Klaim awal melemah 7.000 menjadi 227.000 di pekan 10 Agustus, menurut data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Kamis (15/8/2024). Perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom menyebutkan 235.000.
Pengajuan tunjangan pengangguran untuk pertama kalinya telah meningkat tahun ini, tetapi tetap lemah di dekat level tahun 2019. Klaim lanjutan, proksi untuk jumlah orang yang menerima tunjangan pengangguran, juga menurun menjadi 1,86 juta pada pekan 3 Agustus.
Jika ekonomi terus tangguh, terutama dalam hubungannya dengan inflasi yang melambat – maka The Fed dapat memulai siklus pemotongan suku bunga tanpa ekonomi memasuki resesi dan sejarah menunjukkan ini adalah sentimen yang sangat positif untuk pasar saham, menurut Chris Zaccarelli di Independent Advisor Alliance.
Bagi Jeff Roach di LPL Financial, pasar tenaga kerja, dan apa artinya bagi pengeluaran konsumen – adalah faktor kunci mengapa The Fed diperkirakan mulai memangkas suku bunga bulan depan, katanya. Ukuran sentimen konsumen telah meredup karena pasar tenaga kerja mendingin.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, data Consumer Price Index (CPI) AS menunjukkan Inflasi Inti (Core CPI) mencatatkan perlambatan selama empat bulan beruntun menjadi 3,2% yoy di bulan Juli, terendah sejak April 2021, dari 3,3% yoy pada bulan sebelumnya, dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Investor menyambut baik satu lagi sinyal menggembirakan bahwa inflasi sudah mereda sehingga mempertebal keyakinan investor bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuan bulan depan,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sementara itu, dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2024. Impor RI melesat pada perdagangan Juli, dan ekspor berhasil tumbuh positif.
Meski Neraca Dagang tetap terjaga surplus, ini merupakan surplus terendah sejak Mei 2023 atau lebih dari setahun.
BPS memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada Juli ada di angka US$22,21 miliar. Dengan kenaikan 6,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Adapun impor Indonesia juga bertumbuh tinggi, melesat pada Juli. BPS mengumumkan nilai impor RI pada Juli tercatat US$21,74 miliar. Melesat 11,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, Neraca Perdagangan Indonesia pada Juli mengalami surplus US$0,47 miliar, atau setara dengan sejumlah US$472 juta.
Yang jadi sentimen dan tekanan bagi IHSG, surplusnya Neraca Dagang RI ini terbilang menyusut, dan lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan-bulan lalu.
Sebagai informasi, pada Juni 2024 kemarin RI mengalami surplus mencapai US$2,39 miliar. Pada Mei 2024, Neraca Dagang Indonesia surplus mencapai US$2,93 miliar.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,36% ke 7.409 disertai volume penjualan, penguatan IHSG sempat menembus resistance.
“Pada label hitam, adanya kemungkinan IHSG sedang membentuk wave [b] dari wave 2 pada pola running flat, selanjutnya, IHSG akan terkoreksi ke rentang area 7.027-7.218,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (16/8/2024).
Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG mampu break 7.454 kembali, maka IHSG akan menuju ke 7.513 sampai dengnan 7.654.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ERAA, INCO, JPFA, dan SMDR.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan pullback akibat aksi profit taking dalam jangka pendek di Jumat (16/8).
“Secara teknikal, koreksi Kamis (15/8) membuka peluang pembentukan death cross di overbought area pada indikator Stochastic RSI dan keberadaan strong resistance di 7450,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ANTM, INCO, TINS, PANI, dan JPFA.
(fad)