Logo Bloomberg Technoz

Indeks dolar AS terpantau kembali bangkit pagi ini ke kisaran 103,02. Data penjualan ritel Amerika tadi malam yang bertumbuh melampaui ekspektasi, mengurangi kekhawatiran resesi di negeri dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia tersebut. 

Namun, data inflasi yang melandai kala tingkat pengangguran makin tinggi, ditambah sinyal pejabat Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan siklus penurunan bunga acuan sudah dekat, mengerek ekspektasi pasar makin tinggi. Hal ini bisa memberi keuntungan pada aset emerging market termasuk Indonesia.

Hanya saja, rupiah dihantui oleh penipisan nilai surplus neraca dagang Juli yang mengejutkan pasar. Anjloknya nilai surplus Juli yang mengempis bisa menyeret kinerja neraca dagang pada kuartal ini. Kabar penurunan nilai surplus dari sebesar US$2,4 miliar pada Juni menjadi tinggal US$472 juta, terendah sejak Mei 2023, telah menyeret rupiah jadi melemah kemarin.

"Bila surplus perdagangan dalam dua bulan ke depan tidak mencapai ambang batas [kumulatif US$6,5 miliar], maka defisit transaksi. berjalan RI bisa meningkat siginifikan mencapai 1% dari Produk Domestik Bruto atau lebih tinggi pada akhir tahun ini," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatannya.

Dalam perdagangan kemarin, tekanan pada rupiah akhirnya tertahan oleh aksi beli di pasar surat utang RI yang melanjutkan gelombang bullish. Data Bloomberg mencatat, pemodal asing membukukan posisi beli bersih tiga hari berturut-turut di pasar Surat Berharga Negara (SBN), sebesar Rp6,06 triliun selama periode 12-14 Agustus.

Sedangkan di pasar saham, asing mencetak reli pembelian selama tujuh hari beruntun sejak pekan lalu. Empat hari pekan ini saja, asing mencetak pembelian saham di bursa domestik sebesar Rp2,18 triliun.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah menuju area Rp15.720-Rp15.750/US$. Rupiah memiliki level  support terkuat di Rp15.770/US$.

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp15.650/US$. Target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp15.610/US$.

Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.700/US$ usai pullback, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah. Sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga Rp15.600/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term) maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp15.580/US$ sampai dengan Rp15.550/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 16 Agustus 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Nota Keuangan APBN 2025

Presiden Joko Widodo dijadwalkan menyampaikan Nota Keuangan Pengantar Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara (APBN) 2025 pada hari ini. 

Jokowi akan membacakan kerangka makro-fiskal, hingga rencana keuangan yang akan dijalankan oleh pemerintahan baru. Sebelum Jokowi menggelar pidato penting hari ini, bawahannya yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama otoritas moneter telah melakukan pembahasan pendahuluan RAPBN 2025 dengan DPR RI.

Berdasarkan hasil sidang paripurna, diputuskan juga rancangan asumsi makro dalam RAPBN 2025 termasuk target defisit APBN 2025, tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto berkuasa penuh.

Badan Anggaran (Banggar) DPR RI bersama pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% - 5,5% dalam asumsi makro 2025. Besaran itu, tercatat tidak mengalami perubahan dari angka pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah.

Berikut Asumsi Dasar Makro-Fiskal yang ditetapkan Pemerintah dan DPR:

  • Pertumbuhan Ekonomi: 5,1%-5,5%
  • Inflasi: 1,5%-3,5%
  • Nilai Tukar Rupiah: Rp 15.300/US$-Rp 15.900/US$
  • Suku Bunga SBN 10 tahun: 6,9% -  7,2%
  • Harga Minyak Mentah Indonesia: US$75-US$85 per barel
  • Lifting Minyak Bumi: 580 ribu hingga 605 ribu barel per hari
  • Lifting Gas Bumi: 1.003 ribu hingga 1.047 ribu barel setara minyak per hari

(rui)

No more pages