Sejumlah saham mencatat kenaikan luar biasa dan menjadi top gainers. Di antaranya adalah PT Argo Pantes Tbk (ARGO) yang melonjak 24,8%, PT Satria Mega Kencana Tbk (SOTS) dan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) melesat 24,5% dan 15% serta PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) juga menguat 14,7%.
Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya PT Victoria Insurance Tbk (VINS) yang anjlok 17,2%, PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) jatuh 8,4%, dan PT Net Visi Media Tbk (NETV) ambruk 5,88%.
IHSG menjadi sedikit dari yang melemah di sepanjang hari, TW Weighted Index (Taiwan), SETI (Thailand), dan PSEI (Filipina), yang melemah masing-masing 0,60%, 0,22%, dan 0,18%.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya kompak ada di zona hijau i.a CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), Straits Times (Singapura), Shenzhen Comp. (China), Nikkei 225 (Tokyo), Topix (Jepang), dan KLCI (Malaysia), yang menguat masing-masing dengan kenaikan 0,99%, 0,94%, 0,90%, 0,82%, 0,78%, 0,73%, dan 0,04%.
IHSG tak kuasa mengikuti apa yang terjadi di Wall Street. Dini hari tadi waktu Indonesia, Bursa Saham New York juga solid melaju di zona hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 0,61%, S&P 500 menguat 0,38%. Sementara, Nasdaq Composite menghijau 0,03%.
Inflasi AS Melambat
Sentimen yang mewarnai laju Bursa Asia hari ini adalah datang dari data inflasi Amerika Serikat semalam. US Labor Statistics mengumumkan inflasi Paman Sam pada Juli tercatat melambat.
Inflasi umum, dan inflasi inti kompak melambat. Inflasi umum melambat dari sebelumnya di angka 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi 2,9% yoy. Adapun inflasi inti juga melambat dari sebelumnya 3,3% menjadi 3,2%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data inflasi secara luas sejalan dengan ekspektasi dan memperkuat prakiraan untuk dimulainya masa pemotongan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada bulan depan.
Data inflasi yang melandai pada Rabu merupakan “Konfirmasi bahwa masalah inflasi sedang berkurang,” kata David Kelly, Kepala Strategi Global di JPMorgan Asset Management kepada Bloomberg Television.
Pasar swap saat ini sepenuhnya memperhitungkan satu pemotongan 25 basis poin pada September dan 100 basis poin pemotongan hingga tutup tahun 2024. Hal ini menunjukkan keyakinan bahwa The Fed akan memberikan satu pemotongan 50 basis poin dalam tiga pertemuan The Fed yang tersisa di 2024.
“Data inflasi telah cukup baik untuk memungkinkan The Fed mulai memangkas suku bunga pada September, tetapi tidak memberi mereka alasan untuk memangkas secara agresif," kata Brian Rose di UBS Global Wealth Management.
“Keputusan apakah akan memangkas 50 basis poin bukannya 25 basis poin biasanya dapat bergantung pada laporan tenaga kerja di Agustus,” jelasnya.
Surplus Neraca Dagang RI Menyusut
Namun demikian, kabar tersebut masih kurang kuat dengan sentimen yang datang dari dalam negeri.
Badan Pusat Statistik merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2024. Impor RI melesat pada perdagangan Juli, dan ekspor berhasil tumbuh positif.
Meski Neraca Dagang tetap terjaga surplus, ini merupakan surplus terendah sejak Mei 2023 atau lebih dari setahun.
BPS memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada Juli ada di angka US$22,21 miliar. Dengan kenaikan 6,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Dibandingkan bulan sebelumnya, pada Juni, (month-to-month/mtm), ekspor ada kenaikan 6,55%.
Adapun impor Indonesia juga bertumbuh tinggi, melesat pada Juli. BPS mengumumkan nilai impor RI pada Juli tercatat US$21,74 miliar. Melesat 11,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, juga lebih baik daripada perkiraan pasar sebelumnya. Dibandingkan Juni (mtm), impor juga melejit 17,82%.
Dengan demikian, Neraca Perdagangan Indonesia pada Juli mengalami surplus US$0,47 miliar, atau setara dengan sejumlah US$472 juta.
Yang jadi sentimen dan tekanan bagi IHSG, surplusnya Neraca Dagang RI ini terbilang menyusut, dan lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan-bulan lalu.
Sebagai informasi, pada Juni 2024 kemarin RI mengalami surplus mencapai US$2,39 miliar. Sedangkan pada Mei 2024, Neraca Dagang Indonesia surplus mencapai US$2,93 miliar.
Neraca Perdagangan telah membukukan surplus selama 51 bulan berturut-turut. Kali Neraca Perdagangan RI mengalami defisit adalah pada April 2020 silam. Dalam 20 tahun, ini adalah rangkaian surplus terpanjang kedua.
(fad)