Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menilai tambang batu bara di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan menjadi wilayah yang paling rawan terdampak fenomena cuaca La Niña.  

Hendra menggarisbawahi terdapat peristiwa banjir besar di Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur sekitar 4—5 tahun yang lalu, di mana hal tersebut berdampak pada hampir setengah perusahaan tambang batu bara Kalimantan Selatan.

“Produksi batu bara terbesar dari dua provinsi ini. Pernah kejadian sekitar 4—5 tahun lalu banjir besar di Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur yang berdampak terhadap hampir separuh perusahaan tambang batu bara Kalimantan Selatan,” ujar Hendra kepada Bloomberg Technoz, dikutip Kamis (15/8/2024).

Hendra tidak memiliki data yang pasti ihwal penurunan produksi akibat banjir tersebut. Namun, saat itu, hampir setengah wilayah tambang tergenang dan tidak beroperasi selama 1—2 pekan.

Pertambangan batu bara./Bloomberg-Bartek Sadowski

Sekadar catatan, beberapa perusahaan batu bara tercatat memiliki area konsesi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, seperti PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Adaro Minerals Indonesia, PT Kideco Jaya Agung, dan PT Arutmin Indonesia.

Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merestui 587 pengajuan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) untuk pertambangan batu bara periode 2024—2026.

Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Bambang Suswantono memerinci, dari kumulatif RKAB yang disetujui tersebut, total produksi batu bara yang akan dihasilkan pada 2024 mencapai 922,14 juta ton, 2025 sebanyak 917,16 juta ton, dan 2026 sejumlah 902,97 juta ton.

Target Produksi

Namun, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memastikan masih mengacu pada target penjualan batu bara untuk 2024, terlepas dari adanya ancaman fenomena cuaca La Niña pada akhir tahun ini.

Head of Corporate Communication ADRO Febrianti Nadira mengatakan perseroan mematok target volume penjualan batu bara sebesar 65 juta ton hingga 67 ton pada 2024.

“[Itu] meliputi 61 juta ton hingga 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton hingga 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk [ADMR],” ujar Febrianti.

Secara keseluruhan, kata Hendra, curah hujan yang tinggi memang pada umumnya berdampak terhadap kegiatan pertambangan karena produksi bakal terganggu.

RKAB batu bara 2024./dok.tangkapan layar Komisi VII DPR RI

Dihubungi terpisah, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan perusahaan tambang bisa melakukan antisipasi berupa memproduksi dengan volume yang berlebih sebelum terjadinya La Niña.

“Agar pada saat datangnya La Niña sudah punya pasokan di stockpile,” ujar Rizal.

Rizal sendiri memproyeksikan adanya penurunan produksi tambang di Indonesia sekitar 10% hingga 15% secara tahunan akibat fenomena cuaca tersebut.

Rizal menggarisbawahi fenomena cuaca La Niña berpotensi mendatangkan curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir, terutama di jalur logistik atau pengiriman produk tambang ke pelabuhan.

Selain itu, tingginya curah hujan juga bisa menyebabkan berhentinya pengangkutan atau hauling dari tambang dan bahkan menyebabkan longsor di tambang.

“Gangguan akibat La Niña diproyeksikan terjadi pada November 2024 sampai Februari 2025. Otomatis pengaruhnya kepada produksi tambang akan terjadi pada bulan-bulan tersebut,” ujarnya.

(dov/wdh)

No more pages