Febrianti menggarisbawahi hingga saat ini operasional ADRO berjalan dengan baik. ADRO juga tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan.
“[Hal ini dilakukan] dengan fokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan, sekaligus fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan yang telah memiliki kontrak jangka panjang,” ujarnya.
Volume Produksi
Hingga semester I-2024, volume produksi PT Adaro Energy Indonesia Tbk dan perusahaan-perusahaan anaknya (Grup Adaro) mencapai 35,74 juta ton, naik 7% dari periode yang sama tahun lalu. Adapun, volume penjualan periode ini mencapai 34,94 juta ton atau naik 7% dari periode yang sama tahun lalu.
“Kontribusi terbesar dari produksi batu bara termal PT Adaro Indonesia,” ujarnya.
Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli memproyeksikan fenomena cuaca La Niña bakal mengurangi produksi tambang di Indonesia sekitar 10% hingga 15% secara tahunan.
Rizal menggarisbawahi fenomena cuaca La Niña berpotensi mendatangkan curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir, terutama di jalur logistik atau pengiriman produk tambang ke pelabuhan.
Selain itu, tingginya curah hujan juga bisa menyebabkan berhentinya pengangkutan atau hauling dari tambang dan bahkan menyebabkan longsor di tambang.
“Gangguan akibat La Niña diproyeksikan terjadi pada November 2024 sampai Februari 2025. Otomatis pengaruhnya kepada produksi tambang akan terjadi pada bulan-bulan tersebut,” ujar Rizal kepada Bloomberg Technoz, Kamis (15/8/2024).
(dov/wdh)