Logo Bloomberg Technoz

Sektoral saham barang baku, saham infrastruktur, dan saham energi jadi yang terdalam pelemahannya pada siang hari ini, melemah mencapai 0,83%, 0,73% dan 0,51% secara masing-masing.

Sementara itu, saham-saham keuangan, dan saham kesehatan juga melemah dengan kehilangan 0,43%, dan 0,20%,

Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers antara lain PT Argo Pantes Tbk (ARGO) yang melonjak 24,8%, PT Jaya Konstruksi Tbk (JKON) yang melesat 21,1%, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang melejit 16,4%.

Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) yang anjlok 10,4% PT Green Power Group Tbk (LABA) yang jatuh 9,28%, dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang ambruk 4,76%.

Sementara indeks saham utama Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 12.30 WIB, Straits Times (Singapura), KOSPI (Korea Selatan), CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), Shenzhen Comp. (China), Nikkei 225 (Tokyo), Topix (Jepang), PSEI (Filipina), dan Hang Seng (Hong Kong), yang dengan kenaikan masing-masing mencapai 0,88%, 0,85%, 0,76%, 0,74%, 0,70%, 0,69%, 0,64%, 0,08%, dan 0,05%.

Sementara itu, hanya tiga indeks yang menemani IHSG di zona merah, yaitu SETI (Thailand), TW Weighted Index (Taiwan), dan KLCI (Malaysia), yang terpangkas masing-masing 0,54%, 0,54%, dan 0,15%.

Bursa Saham Asia berhasil bergerak senada dengan yang terjadi di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street ditutup menghijau cerah.

S&P 500, dan Nasdaq Composite finis di zona hijau, dengan menguat 0,38%, dan 0,03% bagi keduanya. Sementara, Dow Jones Industrial Average berhasil finish dengan kenaikan 0,61%.

Sentimen yang menyeret IHSG berseberangan arah dengan Bursa Asia dan Wall Street datang dari dalam negeri. 

Badan Pusat Statistik merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2024. Impor RI melesat pada perdagangan Juli, dan ekspor berhasil tumbuh positif.

Meski Neraca Dagang tetap terjaga surplus, ini merupakan surplus terendah sejak Mei 2023 atau lebih dari setahun.

Nilai Surplus Neraca Dagang RI pada Juli Menyusut ke Level Terendah dalam Lebih dari Setahun, atau Sejak Mei 2023 (Bloomberg)

BPS memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada Juli ada di angka US$22,21 miliar. Dengan kenaikan 6,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). 

Padahal, pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan Juni yang tumbuh 1,17% yoy. Adapun konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekspor Juli di 3,7% yoy. Sementara dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), ekspor ada kenaikan 6,55%.

Adapun impor Indonesia juga bertumbuh tinggi, melesat pada Juli. BPS mengumumkan nilai impor RI pada Juli tercatat US$21,74 miliar. Melesat 11,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih baik daripada perkiraan pasar sebelumnya.

Realisasi ini membaik dibandingkan dengan pencapaian pada Juni, di mana impor tumbuh 7,58%. Sementara konsensus Bloomberg memperkirakan impor akan terkontraksi (tumbuh negatif) 1,4% yoy.

Dibandingkan Juni (month-to-month/mtm), impor juga melejit 17,82%.

Dengan demikian, Neraca Perdagangan Indonesia pada Juli mengalami surplus US$0,47 miliar, atau sejumlah US$472 juta.

Yang jadi sentimen dan tekanan bagi IHSG, surplusnya Neraca Dagang RI ini menyusut, dan lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan-bulan lalu.

Sebagai gambaran, pada Juli 2024 RI mengalami surplus mencapai US$2,39 miliar. Sedangkan pada Mei 2024, Neraca Dagang Indonesia surplus mencapai US$2,93 miliar.

Neraca Perdagangan telah membukukan surplus selama 51 bulan berturut-turut. Kali Neraca Perdagangan RI mengalami defisit adalah pada April 2020 silam. Dalam 20 tahun, ini adalah rangkaian surplus terpanjang kedua.

(fad/hps)

No more pages