Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai impor pada Juli 2024 tercatat US$21,74 miliar, atau melonjak 17,82% dibanding Juni 2024 (month-to-month/mtm). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tiga komoditas utama yang diimpor Indonesia pada bulan keenam tahun ini.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan ketiga komoditas utama yang diimpor Indonesia antara lain: Mesin peralatan mekanis, mesin peralatan elektrik serta plastik dan barang dari plastik.
"ketiga komoditas tersebut memberi share (porsi) 35,92% terhadap total impor non-migas. ketiganya meningkat secara bulanan dan tahunan," kata Amalia dalam Konferensi Pers, Kamis (15/8/2024).
Secara bulanan, nilai impor mesin peralatan mekanis tercatat US$3,71 miliar dengan volume 400.000 ton, nilai impor mesin peralatan elektrik sebesar US$2,36 miliar dengan volume 170.000 ton. Sementara itu, nilai impor plastik dan barang dari plastik sebesar US$1 miliar dengan volume 610.000 ton.
Impor menurut penggunaan secara bulanan, nilai impor barang konsumsi tercatat US$298,3 juta atau naik 16,79%, nilai impor bahan baku penolong US$2,35 miliar atau naik 17,21%, dan nilai impor barang modal US$636,1 juta atau naik 21,21%.
"bahan baku penolong menyumbang setidaknya 73,73% dari total impor untuk Juli 2024," kata Amalia.
Secara tahunan, impor barang konsumsi turun 0,81%, bahan baku penolong naik 15,17% dan barang modal naik 2,04%.
Sebagai informasi, BPS melaporkan nilai impor pada Juli 2024 tercatat US$21,74 miliar, atau melonjak 17,82% dibanding Juni 2024 (month-to-month/mtm).
Amalia menyebutkan nilai impor migas pada Juli 2024 tercatat senilai US$3,56 miliar, atau naik 8,78% (mtm), sedangkan impor non-migas sebesar US$18,18 miliar, melonjak 19,76% (mtm).
"Meningkatnya nilai impor bulanan disebabkan peningkatan nilai impor non-migas dengan andil 16,26%, sementara andil peningkatan migas 1,56%," ujar Amalia.
Secara tahunan, nilai impor Juli 2024 tercatat naik 11,07%. Dalam hal ini, nilai impor migas dan non-migas melonjak masing-masing 13,59% dan 10,6%.
"Kenaikan nilai impor migas didorong peningkatan volume dan peningkatan rata-rata harga agregat," ucap Amalia.
Secara lebih spesifik, kelompok migas yang mengalami peningkatan impor cukup tinggi adalah impor hasil minyak, yakni mencapai 30%, sedangkan nilai impor non-migas lebih didorong oleh kenaikan volume yang sebesar 31,74%.
(lav)