Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Sesi I Kamis (15/8/2024) siang hari berbalik arah jadi melemah 0,44% ke posisi 7.403 dengan kehilangan 32,84 poin, usai kinerja Neraca Dagang RI pada Juli membukukan penyusutan angka surplus.

Adapun pada pembukaan perdagangan pagi tadi, IHSG sempat menguat hingga menyentuh kenaikan 0,1%.

Penutupan IHSG Sesi I pada Kamis 15 Agustus 2024 (Bloomberg)

Sejumlah saham berkapitalisasi besar (Big Caps) juga menjadi pemberat laju IHSG di sepanjang perdagangan Sesi I. Saham-saham barang baku, saham infrastruktur, dan saham energi mencatatkan pelemahan paling anjlok, dengan masing-masing melemah 0,83%, 0,73% dan 0,51%.

Berikut adalah saham-saham barang baku yang jadi pendorong amblesnya IHSG, saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) melemah 2,67%, dan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) drop 2,28%,

Dilanjutkan oleh pelemahan pada saham energi, i.a, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) terpeleset 2,81%, dan saham PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) yang terjatuh 2,72%.

Pada saham-saham unggulan LQ45 juga tercatat dalam tren negatif. Adapun saham PT Indosat Tbk (ISAT) anjlok mencapai 3,68%, disusul oleh saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) ambles 3,18%, dan saham PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) drop 1,99%.

Badan Pusat Statistik merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2024. Impor RI melesat pada perdagangan Juli. Meski Neraca Dagang tetap terjaga surplus, ini merupakan surplus terendah sejak Mei 2023 atau lebih dari setahun.

Nilai Surplus Neraca Dagang RI pada Juli (Bloomberg)

BPS memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada Juli ada di angka US$22,21 miliar. Dengan kenaikan 6,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). 

Padahal, pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan Juni yang tumbuh 1,17% yoy. Adapun konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekspor Juli di 3,7% yoy. Sementara dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), ekspor ada kenaikan 6,55%.

Adapun impor Indonesia juga bertumbuh tinggi, melesat pada Juli. BPS mengumumkan nilai impor RI pada Juli tercatat US$21,74 miliar. Melesat 11,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih baik daripada perkiraan pasar sebelumnya.

Realisasi ini membaik dibandingkan dengan pencapaian pada Juni, di mana impor tumbuh 7,58%. Sementara konsensus Bloomberg memperkirakan impor akan terkontraksi (tumbuh negatif) 1,4% yoy.

Dibandingkan Juni (month-to-month/mtm), impor juga melejit 17,82%.

Dengan demikian, Neraca Perdagangan Indonesia pada Juli mengalami surplus US$0,47 miliar, atau sejumlah US$472 juta.

Yang jadi sentimen dan tekanan bagi IHSG, surplusnya Neraca Dagang RI lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan-bulan lalu.

Sebagai gambaran, pada Juli 2024 RI mengalami surplus mencapai US$2,39 miliar. Sedangkan pada Mei 2024, Neraca Dagang Indonesia surplus mencapai US$2,93 miliar.

Neraca Perdagangan telah membukukan surplus selama 51 bulan berturut-turut. Kali Neraca Perdagangan RI mengalami defisit adalah pada April 2020 silam. Dalam 20 tahun, ini adalah rangkaian surplus terpanjang kedua.

(fad)

No more pages