Kepala BKKBN, dr Hasto Wardoyo pun mengatakan bahwa yang alasan paling besar ialah pertama dari faktor pendidikan seseorang yang ingin mencapai jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini biasannya terjadi untuk perbaikan masa depan lebih baik untuk meraih kesuksesan dan cita-cita yang diharapkan dari seorang individu.
"Semakin banyak orang ingin sekolah tinggi kuliah, sehingga kuliah dan sekolah ini pada umumnya nikahnya lebih mundur," kata dr Hasto kepada Bloomberg Technoz.
Faktor kedua seseorang ingin menunda umurnya untuk menikah karena keberadaan tempat tinggal seseorang. Pada umumnya orang yang tinggal di kota akan melakukan hal ini ketimbang berada di desa.
"Data menunjukkan semakin orang tinggal di kota, maka semakin nikahnya lebih dewasa, hari ini orang mendekati kota kurang lebih sekitar 60%. Zaman dahulu tahun 80-an hanya 20% di kota, 80% yang tinggal di desa pada tahun 70-80 naik terus sampai hari ini lebih banyak yang," tambahnya.
Hasto menilai alasan lebih memilih tinggal ke daerah kota karena memiliki banyak hiburan namun di desa cenderung sepi.
"Nggak ada yang dipikirin terus kawin, sekolah misal sudah berhenti SMP, apalagi perempuan, mau apa lagi? Akhirnya kawin, nikah," jelasnya.
Faktor ketiga seseorang menunda untuk menikah kata Hasto yakni masalah soal pekerjaan dan karier. Terutama terjadi pada kalangan wanita. Ia menilai di era sekarang banyak pemberdayaan perempuan ketimbang dahulu.
"Akhirnya banyak perempuan yang mengejar karir, kalau perempuan seperti itu pasti nikahnya lebih delay," kata Hasto.
Hasto juga mengatakan semakin sukses secara ekonomi, bukan semakin maju nikahnya akan tetapi nikahnya mundur.
"Justru orang orang ekonomi menengah ke atas itu mundur nikahnya.Tetapi orang yang di miskin di desa cenderung mempercepat kawinnya, kalau udah punya anak perempuan, kalau orang tua miskin yaudah lah dikawinkan saja. Yang menanggung bukan orang tuanya lagi, suaminya," beber Hasto.
Angka Pernikahan dini turun
Hasto juga mengungkap tren pernikahan dini di Indonesia yang turun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Ia mengatakan bahwa 40 orang dari seribu penduduk, kini berada di angka 26 per seribu. Angka 26 ribu ini disebutkan masih jauh relatif tinggi, terlebih jika diakumulasi pada jumlah satu juta penduduk.
"Bayangkan kalau setiap 1.000 perempuan itu yang hamil di usia 15-19 tahun itu ada 26. Kalau 100.000 ribu sudah ada 2.600. Kalau 1 juta sudah 26.000 ribu. Apa nggak diatasi seperti itu? kan harus," kata Hasto.
Hasto mengatakan rata-rata pergeseran pernikahan perempuan dilaporkan ada kemunduran setiap tahun. Semula rata-rata usia berada di usia 20 tahun, namun sekarang rata-rata menikah berada di usia 22 tahun.
"Dalam arti orang itu nikahnya cenderung delay, kalau 2023 ini rata-rata median umur kawin pertama 22,3 tahun. Kalau kita liat tahun 2020 misalnya itu masih 20,7 tahun, kalau tahun 2002, masih 19,2 tahun. Jadi ada agak mundur toh," ujar Hasto.
Hasto menilai sebetulnya tren ini bagus karena bisa mengurangi dampak pada kehamilan ibu dini. Seperti risiko kanker mulut rahim, kematian ibu dan bayi.
"Menurut saya ada bagusnya dengan mundur menikah dini agak berkurang, berarti nikahnya agak mundur karena mengurangi kehamilan usia dini," kata Hasto.
Angka Seks Remaja Meningkat
Sedangkan, hubungan seks pada remaja meningkat pada usia 15-19 tahun. Hasto menilai hal ini dipicu dengan gaya pacaran zaman sekarang yang berubah ketimbang dari zaman dahulu.
Dikatakan pada remaja laki-laki sudah melakukan ciuman dan pengangan tangan berada di angka sekitar 50%. Namun, untuk yang perempuan berada di angka 30%.
"Kalau zaman tahun 80-an adanya surat-suratan, mungkin boncengan ga pernah, karena bisanya jalan kaki, tidak banyak kendaraan. Itu perubahan gaya pacaran ya. Jadi saya kira membuat perilaku juga berubah, terkait kenapa pertama kali seks maju usianya," ungkap Hasto.
Lalu faktor pubertas pada remaja perempuan seperti menstruasi juga dikatakan menjadi faktor pemicu angka seks remaja meningkat serta kebebasan informasi visual seks dalam teknologi.
"Nenek moyang mens rata-rata 14-15 tahun, tetapi sekarang mens rata-rata 12,5 tahun. Jadi ini kan maju, kenapa? Karena perbaikan gizi kesehatan ketika nutrisi bagus ternyata perempuan lebih cepat subur. Sehingga usia 12-12,5 tahun sehingga usia itu sudah genit, punya payudara sudah besar, sudah menstruasi. Itu salah satu hal mereka emosional seksnya sudah muncul gitu," tandas Hasto.
(dec/spt)