Logo Bloomberg Technoz

Suku Bunga

Roy menggarisbawahi melembamnya daya beli masyarakat akibat gelombang PHK terjadi bersamaan dengan rezim moneter ketat, di mana Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga acuan sebesar 6,25% sejak April 2024.

Dengan bertahannya suku bunga acuan sebesar 6,25%, Roy menuturkan, perbankan jadi turut menaikkan suku bunga kreditnya. Walhasil, masyarakat cenderung akan menahan konsumsi impulsif pada Juli—Agustus 2024 untuk menyesuaikan peningkatan angsuran kredit.

"Makanya, kita selalou suarakan BI Rate jangan terlalu lama tinggi. Kami berharap pada semester kedua, [suku bunga acuan] turun jadi 6% atau 5,75%," tegasnya.

Di sisi lain, momentum pemilihan kepala daerah atau pilkada yang akan digelar pada November 2024 juga diprediksi memengaruhi keputusan konsumen dalam belanja.  

Bappenas Masih 'Pede'

Berbeda pandangan dengan Roy, Direktur Perdagagan Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Laksmi Kusumawati justru memproyeksikan kinerja ritel pada 2024 ini akan makin meningkat.

"Berdasarkan survei penjualan eceren yang dilakukan oleh BI, kinerja penjualan eceren pada Juli 2024 diperkirakan meningkat. Hal ini tecermin dari indeks penjualan Riil [IPR] Juli 2024 yang diprakirakan mencapai 212 atau secara tahunan tumbuh 4,3%," jelas Laksmi dalam paparannya.

"Beberapa kelompok barang yang mengalami pertumbuhan IPR pada Juli 2024 adalah suku cadang dan aksesori, makanan minuman, tembakau, bahan bakar kendaraan bermotor, sub kelompok sandang," sambungnya.

(prc/wdh)

No more pages