Para investor asing telah menarik dana dari negara ini karena khawatir akan risiko politik dan kegagalan pemerintah untuk menghidupkan kembali negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini setelah satu dekade dengan pertumbuhan tahunan di bawah 2%. Indeks saham acuan negara ini turun sebanyak 1,3%, sementara mata uang baht memangkas keuntungannya dan diperdagangkan sedikit berubah terhadap dolar.
Putusan ini muncul setelah sekelompok mantan senator mengeluhkan penunjukan kabinet Pichit Chuenban, dengan mengatakan bahwa ia tidak memenuhi syarat untuk jabatan tersebut karena ia pernah dipenjara pada tahun 2008 atas tuduhan penghinaan terhadap pengadilan setelah upaya penyuapan.
Pengacara tersebut mewakili mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, yang dipandang sebagai pemimpin de facto Partai Pheu Thai pimpinan Srettha. Srettha menjadi perdana menteri setelah adanya kesepakatan antara Pheu Thai dan sekutu-sekutu konservatifnya, yang membantu Thaksin untuk kembali ke Thailand setelah 15 tahun mengasingkan diri.
Dakwaan Thaksin dalam kasus pencemaran nama baik kerajaan pada Juni, dan sekarang pemecatan Srettha, mengisyaratkan kemungkinan runtuhnya kesepakatan tersebut.
Vonis terhadap Srettha dijatuhkan beberapa hari setelah pengadilan yang sama membubarkan partai oposisi utama di negara itu, yaitu Move Forward, yang memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum tahun 2023, tapi dihalangi untuk berkuasa.
Penggulingan Srettha membuka risiko terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama jika politik dagang sapi di antara partai-partai koalisi berlarut-larut dan menimbulkan potensi kekosongan kekuasaan.
Investasi asing mungkin akan terhenti karena pasar menunggu kejelasan mengenai siapa yang akan memimpin negara ini. Srettha akan meninggalkan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan tahunan di bawah 2% selama satu dekade, dan pasar yang ketakutan karena pertikaiannya dengan bank sentral mengenai tingkat suku bunga.
Pasar keuangan Thailand telah diguncang oleh pergolakan politik baru-baru ini, yang mendorong para investor asing untuk menarik lebih dari US$3 miliar dari saham-saham negara ini. Indeks saham acuan SET menempati peringkat sebagai salah satu yang berkinerja terburuk di antara semua bursa global yang dilacak oleh Bloomberg pada tahun lalu, sementara baht telah kehilangan sekitar 3% tahun ini.
(bbn)