Logo Bloomberg Technoz

Luhut Kaji Padamkan PLTU Suralaya: Banyak Polusi, Sudah 40 Tahun

Dovana Hasiana
14 August 2024 14:10

Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah bakal mengkaji opsi untuk melakukan suntik mati (shutdown) terhadap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya.

Luhut mengatakan kajian tersebut merupakan bagian dari upaya transisi energi untuk mengatasi kualitas udara di DKI Jakarta yang tergolong buruk.

Menurut Luhut, kualitas udara tersebut sangat bahaya untuk masyarakat Indonesia. Apalagi, Indonesia harus merogoh kocek Rp38 triliun untuk anggaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan untuk biaya pribadi untuk kesehatan.

“Kita akan membawa ke dalam rapat, bahwa [PLTU] Suralaya, kita harus suntik mati yang satu ini. PLTU itu kita mau rapatin, nanti yang Suralaya itu kan sudah banyak polusinya dan sudah lebih 40 tahun ya. Kita ingin kaji, kalau bisa kita tutup,” ujar Luhut dalam agenda Supply Chain & National Capacity Summit 2024, di JCC, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024). 

Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Dalam kaitan itu, Luhut membandingkan kualitas udara di DKI Jakarta dengan Ibu Kota Nusantara (IKN), di mana Air Quality Index (AQI) Jakarta berada dalam rentang 150 hingga 200. Sementara itu, AQI IKN hanya 6.