Logo Bloomberg Technoz

Perkiraan ini meredakan beberapa kekhawatiran tentang prospek Shopee, yang mencoba menangkis persaingan dari TikTok milik ByteDance Ltd. dan Lazada milik Alibaba Group Holding Ltd.

Para investor mengamati dengan seksama untuk melihat apakah biaya pedagang (merchant fee) yang lebih tinggi dari Shopee dapat meningkatkan margin tanpa merusak keunggulannya terhadap konglomerat berkantong tebal tersebut.

Pesaing baru seperti Shein dan Temu dari PDD Holdings Inc. juga menargetkan Asia Tenggara, sebuah wilayah dengan 675 juta orang, di mana lebih banyak pembeli yang beralih ke online.

“Kepastian waktu perolehan laba ini memberikan sinyal kuat bahwa manajemen yakin dapat mempertahankan posisinya di tengah persaingan,” analis Citigroup Alicia Yap mengatakan dalam sebuah riset. 

Dalam menunjukkan dominasinya, Shopee telah menaikkan komisi yang dibebankan kepada para pedagang di banyak pasar inti sekitar sepertiga sejak awal tahun.

Kenaikan biaya merchant, yang membuat biaya Shopee jauh di atas para pesaingnya, menunjukkan bahwa Sea merasa aman dalam upayanya sendiri menjadi mitra penting bagi para pedagang. Shopee juga memiliki basis pengguna yang luas dari pelopor e-commerce dan layanan pengiriman lebih mapan.

Pasca anjlok selama dua tahun terakhir, saham Sea telah naik sekitar 65% pada tahun 2024 karena investor telah menilai peluang perusahaan dalam menghadapi persaingan ketat. Namun, sahamnya masih jauh di bawah harga tertinggi dalam sejarahnya.

Saham Sea berayun kembali ke titik terendah dalam tiga bulan hingga Juni dengan laba bersih sekitar US$80 juta, setelah mengalami kerugian dalam tiga kuartal sebelumnya.

Sea alami tren kenaikan seiring tren belanja solid di unit e-commerce Shopee.

Para analis memperkirakan rata-rata US$60 juta. Penjualan naik 23% menjadi US$3,8 miliar.

Total belanja barang (gross merchandise volume/GMV) Shopee, atau nilai barang yang terjual, naik lebih tinggi dari yang diperkirakan sebesar 29% menjadi US$23,3 miliar pada kuartal kedua. 

Sea berharap Shopee akan membukukan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) pada kuartal ketiga tahun ini - sebelumnya mereka memperkirakan Shopee akan mencapai pencapaian tersebut pada semester kedua. Perusahaan secara keseluruhan menargetkan laba tahunan kedua berturut-turut tahun ini.

Investor juga berfokus pada upaya Sea untuk meningkatkan profitabilitasnya di pasar yang ketat, setelah memangkas (PHK) ribuan pekerjaan dalam upaya efisiensi biaya dalam beberapa tahun terakhir.

Biaya penjualan dan pemasaran pada kuartal kedua meningkat menjadi US$774,8 juta. Perusahaan juga telah meningkatkan pengeluaran penelitian dan pengembangan (R&D) untuk menambahkan fitur live-streaming dan kecerdasan buatan (AI).

Nathan Naidu, analis dari Bloomberg Intelligence menyebut Sea percaya diri meski ada persaingan yang lebih besar dari perusahaan-perusahaan lain seperti Temu. Diketahui target pertumbuhan GMV setahun penuh menjadi pertengahan 20% dari sebelumnya di angka belasan persen.

“Pendapatan GAAP melonjak 23% di 2Q, mempertahankan laju kuartal pertama. E-commerce mendorong sebagian besar keuntungan top-line kuartal kedua dengan rekor tingkat pengambilan sebesar 12,1%, menunjukkan keunggulan skala Sea dalam hal logistik, harga produk, dan pasar yang mapan,” jelas Nathan.

“Hal tersebut dapat membantu membendung perputaran pengguna dan memikat lebih banyak pedagang ke dalam layanan periklanan dengan margin tinggi, sehingga menempatkan bisnis di jalur yang tepat untuk mencapai titik impas (BEP) di semester I.”

Nathan menegaskan bahwa pergerakan penjualan segmen hiburan digital dapat meningkat seiring dengan kemungkinan peluncuran “Need for Speed” di perangkat mobile di Asia Timur pada bulan September. Kombinasi polinasi antara unit fintech dan e-commerce mendorong pertumbuhan pinjaman Sea.

Shopee. (dok: Bloomberg)

Anak perusahaan, Garena yang bergerak di bidang game, yang terkenal dengan Free Fire, telah membantu margin keuntungan Sea. Namun, perusahaan kesulitan untuk menghasilkan judul game baru untuk meningkatkan penjualan.

Pendapatan di unit ini turun 18% menjadi US$435,6 juta, meleset dari perkiraan. Pemesanan, yang mengukur jumlah produk dan layanan yang terjual selama periode tersebut, naik 21% menjadi US$536,8 juta.

Bisnis perbankan digital Sea telah menjadi salah satu pilar utama ekspansi. Pendapatan di divisi jasa keuangannya tumbuh 21%, seiring dengan persaingan dengan bank-bank yang sudah ada di kawasan ini.

Tercatat beberapa rival bank digital seperti Trust Bank dari Standard Chartered Plc, dan perusahaan patungan yang dimiliki oleh Grab Holdings Ltd. dan Singapore Telecommunications Ltd. yang bernama GXS Bank. Bulan lalu, bank ini menunjuk seorang pimpinan baru untuk memimpin bank Singapura yang sedang berkembang ini.

(bbn)

No more pages