Semua mata uang Asia pagi ini perkasa melawan dolar AS yang semakin kehilangan pamor seiring penguatan ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan segera memangkas bunga acuan dalam waktu dekat.
Data inflasi produsen tadi malam membuat pasar melonjak optimismenya dan memicu aksi borong di pasar negara berkembang.
Nanti malam, para pelaku pasar masih akan menanti data inflasi harga konsumen (CPI) Amerika Serikat yang diprediksi juga akan mendukung optimisme hari ini.
Secara teknikal nilai rupiah menembus level resistance psikologis di Rp15.750/US$ dan bisa bergerak semakin kuat menuju zona Rp15.600-an.
Peluang The Fed
Amerika melaporkan inflasi harga produsen (PPI) pada Juli sebesar 0,1% month-on-month, lebih kecil dibanding prediksi dan lebih rendah dibanding Juni. Sedangkan secara tahunan, inflasi harga produsen di AS tercatat 2,2%, turun dibanding Juni sebesar 2,6% dan di bawah ekspektasi pasar 2,3%.
Inflasi inti PPI juga turun jadi 2,4% year-on-year setelah mencapai 3% pada bulan sebelumnya dan di bawah prediksi pasar yang memperkirakan sebesar 2,6%.
Data-data itu menguatkan skenario penurunan bunga The Fed mulai September. Pernyataan pejabat The Fed memperkuat ekspektasi itu. Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic menilai ada peluang penurunan bunga The Fed pada akhir tahun.
Pasar masih akan menanti rilis data inflasi kedua yaitu inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) atau CPI yang akan diumumkan pada Rabu malam nanti.
Konsensus pasar sejauh ini memprediksi inflasi CPI Amerika pada Juli akan naik sebesar 0,2% dari bulan lalu deflasi 0,1%. Secara tahunan, inflasi CPI diprediksi tetap di 3%. Sedang inflasi inti pada Juli diperkirakan 0,2%, naik dibanding Juni 0,1%. Dalam basis tahunan, inflasi inti CPI Amerika pada bulan lalu diperkirakan melandai ke 3,2% dari bulan sebelumnya 3,3%.
Mengacu pada CME Fedwatch pagi ini, pasar menaikkan taruhan pada penurunan bunga The Fed sebesar 50 bps dengan probabilitas mencapai 52,5%. Sedang peluang penurunan sebesar 25 bps mencapai 47,5%.
Pada Desember, pasar memperkirakan bunga acuan The Fed akan bertengger di level 4,50% dengan probabilitas mencapai 43%.
Langkah The Fed itu akan memberi peluang bagi Bank Indonesia untuk mengekor kebijakan yang sama.
Bank investasi global asal Inggris, Barclays Plc, memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas bunga acuan sebanyak 75 bps tahun ini, mulai September nanti.
Selanjutnya pada 2025, pemangkasan diprediksi sebanyak 50 bps sehingga level bunga acuan BI rate akan kembali ke level sebelum pandemi yaitu di kisaran 5%, kata Ekonom Barclays Brian Tan dalam catatannya kemarin.
(rui)