Logo Bloomberg Technoz

Sepanjang tahun ini, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, penjualan 43,1 juta ton, serta angkutan 33,7 juta ton.

Hingga semester I-2024, kata Niko, produksi batu bara tercatat mencapai 18,76 juta ton, atau 107% dari target. Kontribusi terbesar berasal dari unit tambang Tanjung Enim, yakni  18,19 juta ton.

"Kami optimistis dapat menjaga kinerja tetap positif dan sejalan dengan target hingga akhir tahun 2023."

Sebelumnya, operasi pertambangan di Indonesia diramal akan mengalami gangguan terparah jika fenomena cuaca La Niña yang diiringi banjir dan hujan lebat terjadi pada akhir tahun ini.

Berdasarkan data pembaruan Juli 2024 dari Pusat Prediksi Iklim AS (CPC), La Niña diperkirakan berkembang selama Agustus—Oktober 2024 dengan probabilitas sebesar 70%.

La Niña berpeluang dapat bertahan hingga akhir 2024 hingga awal 2025, dengan prakiraan yang menunjukkan peluang kelanjutan sebesar 79% hingga November—Januari.

Dampak pasti La Niña masih belum pasti dan bergantung pada intensitas dan durasinya pada penghujung 2024. Akan tetapi, potensi dampak negatifnya rawan mendisrupsi prospek pasar logam dan industri pertambangan global untuk periode 2024—2025.

“Gangguan cuaca yang terkait dengan La Niña kemungkinan akan menimbulkan risiko penurunan prospek pertambangan regional serta menimbulkan volatilitas di seluruh pasar logam,” papar tim peneliti BMI —lengan riset Fitch Solutions— dalam laporannya.

Jika La Niña terjadi pada paruh kedua 2024, perusahaan pertambangan di Asia dapat menghadapi hujan lebat dan banjir. Dampaknya ke operasi tambang dan infrastruktur logistik.

Untuk diketahui, berbeda dengan El Niño, La Niña dicirikan oleh suhu permukaan laut yang lebih dingin dari biasanya di Pasifik khatulistiwa. Penyebabnya adalah intensi tinggi angin pasat normal yang meningkatkan naiknya air dingin. 

Fenomena ini biasanya menyebabkan curah hujan di atas rata-rata di Asia Tenggara dan Australia serta kondisi kekeringan di beberapa bagian Amerika Selatan.

La Niña  didefinisikan oleh Oceanic Niño Index (ONI) sebagai pendinginan berkelanjutan suhu permukaan laut di wilayah Niño 3.4 dengan nilai kurang dari -0,5 derajat Celcius.

Agar suatu peristiwa diakui secara resmi sebagai La Niña, kondisi ini harus dipertahankan setidaknya selama lima periode tiga bulan yang tumpang tindih secara berturut-turut, menurut US CPC.

Biasanya, peristiwa La Niña terjadi setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan, meskipun terkadang dapat berlangsung selama beberapa tahun.

Selama periode paruh pertama PTBA juga hadapi koreksi harga jual batu bara. Rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 19% secara tahunan dari US$93,49/ton pada semester I 2023 menjadi US$75,89/ton.

(wep)

No more pages