“Sementara inflasi masih tinggi, lima langkah pengetatan kebijakan moneter berturut-turut MAS sejak Oktober 2021 telah meredam inflasi,” ujar bank sentral.
Risiko inflasi masih tinggi bagi negara kota ini. Gubernur bank sentral Tharman Shanmugaratnam mengatakan awal pekan ini bahwa bank sentral akan fokus untuk memastikan stabilitas harga jangka menengah sebagai dasar untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dolar Singapura melemah 0,35% menyusul keputusan ini, yang mengindikasikan bahwa para investor mengharapkan pengetatan lebih lanjut oleh MAS.
Pertumbuhan PDB Singapura diproyeksikan akan moderat secara signifikan tahun ini, sejalan dengan penurunan siklus barang dan investasi global, kata bank sentral dalam pernyataannya.
MAS memperkirakan inflasi inti akan tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan tetapi akan semakin mereda pada paruh kedua tahun 2023 dan secara signifikan lebih rendah pada akhir tahun.
“Pernyataan MAS agak dovish,” kata Selena Ling, kepala penelitian dan strategi keuangan di Oversea-Chinese Banking Corp.
Rincian data PDB Singapura:
-PDB turun 0,7% dalam tiga bulan hingga Maret dari kuartal sebelumnya, setelah meningkat 0,1 di 4Q
-Angka itu lebih rendah dari kontraksi 0,1% yang diperkirakan dalam survei Bloomberg
-Secara year-on-year (yoy), ekonomi tumbuh 0,1% setelah naik 2,1% pada kuartal terakhir tahun 2022
-Manufaktur -6% yoy, setelah -2,6% di kuartal sebelumnya
-Konstruksi +8,5% dari tahun lalu, setelah +10%
-Industri jasa +1,8% dari tahun sebelumnya, setelah +4%
--Dengan asistensi Aradhana Aravindan, Chua Baizhen, Natalie Choy, Andrea Tan, Mark Cranfield, Chester Yung, Tomoko Sato, Kevin Varley, dan Nurin Sofia.
(bbn)